Tim Redaksi
KOMPAS.com - Mantan panglima militer sekaligus anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz mengundurkan diri dari pemerintahan pada Minggu (9/6/2024).
Dikutip dari CNN, Gantz diperkirakan telah mengundurkan diri pada Sabtu (8/6/2024). Namun ia menunda pengumuman tersebut setelah pasukan Israel diklaim menyelamatkan empat sandera dari warga negaranya.
Keputusan Gantz untuk mengundurkan diri muncul usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menghadapi tekanan dari sekutu Israel di negara Barat untuk melakukan gencatan senjata.
Tak hanya Gantz, seorang Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Gadi Eisenkot juga mengundurkan diri.
Baca juga: Netanyahu Rayu Oposisi untuk Dukung Proposal Gaza Biden, Apa Isinya?
Ia juga memberikan pidatonya kepada publik dan memberikan alasan dirinya mengundurkan diri dari pemerintahan.
“Netanyahu menghalangi kita untuk mencapai kemenangan sejati. Untuk alasan ini kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati, namun dengan sepenuh hati.”
Gantz juga menilai bahwa keputusan strategis yang diambil Netanyahu penuh dengan keraguan dan mendesak Perdana Menteri untuk mengadakan pemilihan umum (Pemilu) pada Agustus 2024.
Dilansir dari The Guardian, sebelumnya kabinet perang Israel beranggotakan tiga orang menteri tanpa jabatan usai Hamas menyerang Israel pada Sabtu (7/10/2023) terjadi.
Baca juga: PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak
Kabinet perang tersebut beranggotakan Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dan Benny Gantz yang beroperasi independen dari pemerintahan Israel secara lebih luas.
Kini, kabinet tersebut hanya beranggotakan dua orang dan sedang dipertimbangkan untuk dibubarkan.
Rencananya, pembahasan isu perang akan kembali ke model lama, yaitu dibahas dalam forum terbatas sebelum dipresentasikan pada pertemuan kabinet reguler.
Ketidakhadiran Gantz dalam kabinet diprediksi akan membuat sekutu sayap kanan Netanyahu cenderung memiliki pengaruh lebih besar terhadap jalannya perang.
Kondisi ini juga memungkinkan meningkatnya ancaman konflik dengan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.
Baca juga: Israel Serang Sekolah Milik PBB di Gaza, Lebih dari 20 Orang Meninggal
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu meminta Gantz tetap berada dalam pemerintahannya meskipun dikenal sebagai “saingan” Netanyahu.