KOMPAS.com - Mengetahui bayi Anda dapat buang air besar dengan lancar dan normal adalah satu hal yang melegakan.
Pasalnya ketika bayi diare, bayi bisa berisiko dehidrasi. Sebaliknya ketika bayi sembelit, maka bayi akan terdera sakit.
Kedua gangguan pencernaan di atas sama-sama bisa membuat bayi menjadi rewel.
Dalam kondisi seperti itu, orang tua pasti akan mencari cara agar gangguan buang air besar tersebut bisa segera teratasi.
Apa sebenarnya yang bisa menyebabkan sembelit pada bayi?
Baca juga: Manfaat Camilan bagi Bayi
Sebelum menilai apakah bayi Anda mengalami sembelit atau susah buang air besar ataukah tidak, Anda perlu mengetahui seperti apa sebenarnya kondisi normal feses seorang bayi.
Secara umum, feses pada bayi sangat dipengaruhi pada asupan apa yang masuk ke dalam tubuhnya.
Jika bayi masih berusia di bawah 6 bulan, di mana ia hanya mengonsumsi air susu, maka fesesnya pun cenderung berupa cairan.
Sementara pada anak yang telah diperkenalkan dengan beragam makanan padat melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI), maka konsentrasi dari fesesnya akan menjadi lebih padat dibanding sebelumnya.
Dikutip dari , meski padat, namun kotoran bayi tetaplah memiliki tekstur yang lembut.
Jadi jika kotoran memiliki tingkat kepadatan tinggi hingga cenderung keras, maka kotoran itu bisa dikatakan tinggal terlalu lama di dalam organ pencernaan dari yang semestinya.
Baca juga: Mengapa Bayi Menangis Ketika Lahir? Kenali Beberapa Alasannya
Bayi tak mengalami gangguan pencernaan jika bayi bisa buang air besar secara teratur dengan konsistensi feses yang cenderung normal.
Rata-rata, bayi akan buang air besar 3-4 kali per hari sampai usianya mencapai 4 bulan.
Ada pula bayi yang buang air besar setiap kali ia selesai menyusu, namun ada juga yang buang air besar beberapa hari sekali.
Pada bayi, agak sulit menentukan apakah ia sembelit atau tidak hanya dengan melihat frekuensi buang air besarnya.