KOMPAS.com - Catatan sejarah mereka kerajaan Islam di Indonesia mulai tumbuh pada sekitar abad ke-13.
Di kalangan ahli sejarah, masih terdapat perdebatan terkait apa nama kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Sebagian meyakini kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah Kerajaan Perlak, sedangkan sebagian lainnya berargumen bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai.
Lantas, apakah Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia atau Kerajaan Samudera Pasai? Simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Kerajaan Samudera Pasai: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Kerajaan Perlak diyakini sebagai kerajaan Islam tertua di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, yang berdiri sejak tahun 840 hingga 1292.
Pendiri Kerajaan Perlak bernama Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah, keturunan dari Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba'i bin Imam Ja'far Al-Shadiq yang berasal dari Mekkah.
Namun, sebagian sejarawan tidak mengakui Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia karena bukti sejarahnya sangat terbatas.
Tiga naskah yang dijadikan sumber sejarah Kerajaan Perlak juga masih diragukan kebenarannya oleh para ahli sejarah.
Adapun tiga naskah yang dijadikan sumber sejarah Kerajaan Perlak, di antaranya:
Baca juga: Kerajaan Perlak: Sejarah, Puncak Kejayaan, dan Kemunduran
Keraguan para sejarawan juga belum terhapus meski telah ditemukan makam Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah, yang diyakini sebagai pendiri Kerajaan Perlak.
Makam tersebut berada di Komplek Monisa, di Gampong Bandrong, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, yang dulunya diyakini sebagai lokasi Kerajaan Perlak.
Secara umum, sejarawan mengakui bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai.
Laman Kemdikbud dan situs resmi Pemerintah Provinsi Aceh juga sama-sama menyebut Kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kerajaan Samudera Pasai memang mempunyai bukti sejarah yang lebih meyakinkan daripada Kerajaan Perlak.
Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada 1267 oleh Meurah Silu, yang setelah masuk Islam mengubah namanya menjadi Sultan Malik al-Saleh.