KOMPAS.com - RA Kartini adalah pahlawan emansipasi yang masyhur namanya di Indonesia.
Hari kelahiran RA Kartini, setiap 21 April, bahkan diperingati sebagai hari nasional oleh bangsa Indonesia.
Namun, siapa sangka, kehidupan keturunan Kartini ternyata tidak semasyhur nama sang pahlawan emansipasi.
Baca juga: Mengenal Sosrokartono, Kakak RA Kartini yang Dijuluki Si Jenius dari Timur
Banyak orang tidak mengenal siapa anak, cucu, hingga cicit RA Kartini yang jarang ditulis dalam sejarah Indonesia.
Cicit-cicit Kartini bahkan dikabarkan hidup dalam kesulitan ekonomi.
RA Kartini, yang lahir di Jepara 139 tahun lalu, menikah dengan Bupati Rembang RM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 12 November 1903.
Mereka dikaruniai seorang putra bernama RM Soesalit Djojoadhiningrat.
Empat hari setelah kelahiran Soesalit, RA Kartini meninggal dunia, sehingga anaknya harus diasuh sang nenek.
Saat Soesalit berusia delapan tahun, sang ayah juga meninggal dunia. Putra semata wayang RA Kartini itu pun harus tinggal bersama kakak tirinya.
RM Soesalit menikah dengan Siti Loewijah, yang kemudian melahirkan Boedi Setyo Soesalit, satu-satunya cucu RA Kartini.
Boedi Soesalit kemudian menikah dengan Sri Bidjatini dan memiliki lima anak yang diberi nama Kartini, Kartono, Rukmini, Samimum, dan Rachmat.
Namun, sejak Boedi meninggal dunia, kehidupan kelima cicit RA Kartini dikabarkan menjadi sangat sulit.
Diberitakan 优游国际.com, dalam peringatan Hari Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara pada 21 April 2018 lalu, Bupati Jepara saat itu, Ahmad Marzuki, mengungkapkan bahwa keturunan Kartini yang tinggal di Bogor, Jawa Barat, hidup dalam kondisi memprihatinkan.
"Setelah Boedi Soesalit meninggal, cucu menantu RA Kartini, Sri Bidjatini bersama lima anaknya hidup dalam keprihatinan," ujar Marzuki.
Bupati Marzuki merinci bahwa hanya cicit tertua, Kartini, yang relatif memiliki keadaan ekonomi yang lebih baik. Sementara itu, cicit-cicit lainnya hidup dalam kesulitan.