JAKARTA, KOMPAS.com - Sepatu spike adalah sepatu khusus olahraga atletik di nomor lintasan.
Yang menjadi pembeda antara sepatu spike dengan sepatu lari adalah paku-paku baja di bagian sol depan.
Sepatu spike dalam catatan sumber literasi cairos.com merupakan bagian dari evolusi sepatu lari.
Baca juga:
Telanjang
Pada Olimpiade kuno, di Athena, Yunani, sebelum 1896, para atlet berlomba lari dengan bertelanjang kaki.
Bangsa Yunani yang menjadi pionir Olimpiade kunolah yang kemudian merealisasikan bentuk sepatu lari.
Awalnya, sepatu lari berbentuk sandal.
Lama-kelamaan, sepatu berbentuk sandal itu ditinggalkan.
Pasalnya, penggunaan sandal dalam olahraga jauh panggang dari api dalam konteks kepraktisan.
Sandal tidak bisa "mencengkeram" kaki saat berlari.
Sementara itu, lintasan atletik, lazimnya di stadion, yang berbahan dasar gravel alias tanah liat menjadi tantangan sendiri.
Pada lintasan seperti itu, ada kebutuhan akan sepatu yang bisa memberi kenyamanan bagi para atlet saat berlari.
Sol karet
Ide sepatu spike sejatinya sudah muncul pada 1832 saat Wait Webster mempatenkan proses penggunaan sol berbahan dasar karet.
Sol berbahan dasar karet ini punya dua keunggulan.
Pertama, sepatu dengan sol berbahan dasar karet memiliki sifat yang ringan di kaki.
Kedua, sol berbahan dasar karet mampu meningkatkan daya tarik kaki ke tanah.
Alhasil, perkembangan olahraga ekstrem macam rafting bahkan kriket menjadi penunjang berevolusinya sepatu spike.
Atletik, olahraga tertua di muka bumi, akhirnya mengadopsi sepatu spike hingga kini.