ROMA, KOMPAS.com - Sosok yang terkenal dengan kesederhanaannya itu kini telah tiada. Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025), dan akan menjadi paus pertama yang dimakamkan di luar Vatikan, Sabtu (26/4/2025).
Dalam usia 88 tahun, Paus Fransiskus mengembuskan napas terakhir di kediamannya di Kapel Santa Marta, Vatikan. Sehari sebelumnya, ia sempat menyapa ribuan umat dalam pidato Minggu Paskah.
Selama lebih dari 12 tahun memimpin Gereja Katolik, paus asal Argentina itu dikenal karena upayanya mendorong gereja lebih terbuka dan berbelas kasih. Sekitar 250.000 orang pun memberikan penghormatan di Basilika Santo Petrus, menunjukkan besarnya pengaruh Fransiskus di hati umat Katolik.
Baca juga: Lautan Pelayat Jelang Pemakaman Paus Fransiskus: 250.000 Orang, 107 Tamu Negara Hadir
Selama disemayamkan, ribuan orang rela mengantre berjam-jam demi melihat jenazah Fransiskus. Banyak yang teringat akan sisi humanis paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu.
"Ia menolong banyak orang, ia memperhatikan banyak orang yang sebelumnya tidak dipandang," ujar Sofiia Popkova, seorang pelayat berusia 19 tahun dari Kirgistan, kepada AFP.
Popkova menyebut pengalaman melihat jenazah Paus Fransiskus sebagai sesuatu yang "menakjubkan".
Monica Penagos (61) dari Kolombia juga mengungkapkan kesedihannya. "Dia adalah lelaki tua yang tampan, dia adalah paus kita, paus bagi para migran," ujarnya sambil berlinang air mata.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sempat berselisih dengan Paus Fransiskus terkait kebijakan migrasi, menyebutnya sebagai pria baik yang mencintai dunia setelah tiba di Roma bersama istrinya, Melania.
Paus Fransiskus juga dikenal karena keberaniannya berbicara tentang isu-isu global, mulai dari hak migran hingga perubahan iklim.
Reformasi yang dilakukannya kerap memicu ketidakpuasan di kalangan tradisionalis Gereja, tetapi ia tetap mempertahankan jalurnya sebagai pembela kaum rentan.
Nama Fransiskus ia pilih sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi, lambang kesederhanaan dan cinta kepada kaum miskin.
Ia menolak kemewahan Vatikan, tinggal di wisma tamu sederhana, dan memilih kendaraan sederhana dalam aktivitas hariannya.
Dalam tindakan publik terakhirnya sehari sebelum wafat, Fransiskus memberikan pemberkatan Hari Minggu Paskah kepada seluruh dunia, menegaskan kembali komitmennya melindungi orang rentan, terpinggirkan, dan para migran.
Baca juga: Daftar 107 Tamu Negara Pemakaman Paus Fransiskus, Termasuk Jokowi
Prosesi pemakaman Paus Fransiskus mencerminkan kepribadiannya yang sederhana. Ia meminta hanya satu lapis peti kayu untuk peristirahatan terakhirnya, berbeda dengan tradisi tiga lapis peti pada pemakaman paus sebelumnya.
Setelah misa di Vatikan, peti matinya akan dibawa melewati Fori Imperiali dan Colosseum menuju Santa Maria Maggiore, gereja favoritnya di Roma.