Lalu pada tanggal 7 Jesta (19 Mei) Dapunta Hyang memimpin balatentaranya berangkat dari Minanga untuk kembali ke ibu kota.
Mereka bersuka cita karena pulang dengan kemenangan.
Tanggal 5 Asada (16 Juni) mereka tiba di Muka Upang, sebelah timur Palembang.
Sesampainya di ibu kota, Dapunta Hyang menitahkan pembuatan wanua (bangunan) berupa sebuah wihara, sebagai manifesti rasa syukur dan gembira.
Baca juga: Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Kedukan Bukit peninggalan Kerajaan Sriwijaya menjadi bukti kemajuan pelayaran di Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Prasasti tersebut mengisahkan tentang keberhasilan perjalanan penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang.
Oleh karena Dapunta Hyang disertai puluhan ribu balatentara yang lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanannya adalah sebuah ekspedisi militer untuk menaklukkan daerah.
Kendati demikian, prasasti Kedukan Bukit masih mengandung persoalan yang tidak sederhana.
Beberapa ahli memberikan penafsiran berbeda tentang isi prasasti tersebut karena sebagian kata di dalamnya mempunyai makna ganda.
Referensi: