KOMPAS.com - Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia pernah berkonflik dengan Malaysia.
Konfrontasi itu sampai membuat Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 1965.
Bagaimana bisa kedua negara tetangga di Asia Tenggara ini bertengkar?
Sejak pertengahan abad ke-18, tanah Malaya dikuasai Inggris. Pada 8 Februari 1956, Inggris memutuskan memberi kemerdekaan pada Malaysia.
Dikutip dari Sejarah Diplomasi di Indonesia (2018), pada tahun 1961, ada rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia.
Malaysia rencananya terbentuk dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sarawak, Brunei, dan Sabah.
Baca juga: Profil Negara ASEAN
Namun rencana ini ditentang oleh Soekarno. Soekarno menganggap pembentukan Negara Federasi Malaysia adalah proyek neokolonialisme Inggris.
Soekarno khawatir kawasan Malaya akan jadi pangkalan militer Barat di Asia Tenggara. Menurut Soekarno, hal itu bisa mengganggu stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Selain Indonesia, Filipina juga tak setuju dengan berdirinya Negara Federasi Malaysia.
Filipina mengklaim Sabah yang akan menjadi bagian dari negara federasi itu dimiliki Kesultanan Sulu yang disewakan kepada Inggris.
Akibatnya, Indonesia dan Filipina berada di posisi yang berseberangan dengan Malaysia dan Inggris.
Indonesia menjajaki upaya diplomasi untuk menyelesaikan masalah ini.
Pada 31 Mei 1963, Presiden Soekarno bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Tuanku Abdul Rahman di Tokyo, Jepang.
Baca juga:
Pertemuan itu ditindaklanjuti lewat Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri di Manila, Filipina pada 7-11 Juni 1963.
Menlu Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah mencapai kesepakatan soal pembentukan Negera Federasi Malaysia. Ketegangan pun mereda.