KOMPAS.com - Diet soda adalah minuman yang populer di seluruh dunia, terutama di kalangan orang yang ingin mengurangi asupan gula atau kalori.
Hampir setiap minuman berpemanis yang populer di pasaran memiliki versi "ringan" atau "diet".
Baca juga: Studi Temukan Soda Diet Justru Merangsang Nafsu Makan, Kok Bisa?
Soda diet pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an untuk penderita diabetes, meskipun kemudian dipasarkan untuk orang-orang yang mencoba mengendalikan berat badan atau mengurangi asupan gula.
Meskipun bebas gula dan kalori, efek kesehatan dari minuman diet dan pemanis buatan masih kontroversial.
"Beralih dari soda biasa ke soda diet mungkin menawarkan pengurangan kalori dalam jangka pendek, namun tubuh Anda tidak akan tertipu dalam waktu lama,” kata ahli diet Susan Campbell, RD, LD., dilansir dari laman Klinik Cleveland, Ohio.
Dikutip dari Healthline, ilmuwan menyatakan bahwa soda diet dapat meningkatkan nafsu makan dengan merangsang hormon kelaparan, mengubah reseptor rasa manis, dan memicu respons dopamin di otak.
Penelitian yang terbit tahun 2012 pada jurnal Physiology & Behavior menunjukkan bahwa otak Anda bereaksi terhadap pemanis buatan, seperti soda diet.
Mengonsums secara sering dapat meningkatkan keinginan Anda terhadap makanan berkalori tinggi, sehingga menempatkan Anda pada risiko kenaikan berat badan yang lebih besar.
Studi lain dari American Journal of Public Health tahun 2014 menemukan bahwa orang dengan kelebihan berat badan yang beralih ke diet soda cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori dalam makanan dibandingkan orang dengan kelebihan berat badan yang minum soda biasa.
Baca juga:
Faktanya, mereka yang minum diet soda memiliki BMI lebih tinggi dibandingkan rekan mereka.
Sebuah penelitian tahun 2015 paja jurnal BMJ menemukan bahwa dengan satu porsi minuman dengan pemanis buatan per hari dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi sebesar 8-13 persen.
Minum soda diet telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit ginjal kronis.
Sebuah studi tahun 2017 pada Clinical Journal of the American Society of Nephrology menjelaskan kandungan fosfor yang tinggi pada soda, yang dapat meningkatkan beban asam pada ginjal sehinggi meningkatkan risiko kerusakan pada ginjal.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.