KOMPAS.com - China mengeluarkan peringatan keras terhadap negara-negara yang bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam kebijakan perdagangan yang merugikan kepentingan Beijing.
Eskalasi perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini berpotensi menyeret negara-negara lain ke dalam konflik dagang yang lebih luas.
Dilansir CNBC, Senin (21/4/2025), peringatan tersebut muncul setelah laporan bahwa Presiden AS Donald Trump berencana menggunakan tekanan tarif untuk mendesak sekutunya membatasi hubungan perdagangan dengan China.
Baca juga: Tarif Impor 47 Persen, Industri Tekstil RI Terancam Akibat Kebijakan AS
Trump baru-baru ini menunda kenaikan tarif utama untuk negara-negara tertentu selama 90 hari. Namun, ia tetap menaikkan tarif atas barang-barang asal China hingga mencapai 145 persen.
"China dengan tegas menentang pihak mana pun yang mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan China. Jika ini terjadi, China tidak akan menerimanya dan akan dengan tegas mengambil tindakan balasan timbal balik,” ujar Kementerian Perdagangan China.
Pihak kementerian juga menyoroti risiko kembalinya perdagangan global ke situasi "hukum rimba" serta menegaskan komitmen China dalam menjunjung keadilan dan kerja sama internasional.
Sebagai respons atas tarif tinggi AS, China menerapkan bea masuk sebesar 125 persen terhadap barang-barang asal Amerika Serikat.
Selain itu, Beijing membatasi ekspor mineral penting serta memasukkan beberapa perusahaan AS ke dalam daftar hitam yang menghambat kerja sama dengan entitas bisnis China.
Kementerian Perdagangan China menyebut kebijakan Washington sebagai bentuk “penyalahgunaan tarif” dan “perundungan sepihak.”
Baca juga: Dampak Kenaikan Tarif Impor terhadap Ekonomi Global dan Harga Sehari-hari
Presiden China Xi Jinping, dalam lawatannya ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja pekan lalu, menyerukan kerja sama menentang kebijakan tarif dan praktik perdagangan sepihak yang dinilai merugikan negara berkembang.
Sejak diberlakukannya tarif pada periode pertama kepemimpinan Trump, China memperluas jangkauan perdagangan ke kawasan Asia Tenggara, menjadikan wilayah tersebut sebagai mitra dagang terbesar di tingkat regional.
Meski begitu, Amerika Serikat masih tercatat sebagai mitra dagang terbesar China secara bilateral.
Sebagai bagian dari langkah hukum, China telah mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas kenaikan tarif terbaru yang diberlakukan oleh Trump. Dalam rangka memperkuat posisi dalam negosiasi, China juga menunjuk Li Chenggang—yang juga menjabat wakil menteri dan duta besar untuk WTO—sebagai negosiator perdagangan internasional yang baru.
Sumber:
Sebagian artikel ini telah tayang di 优游国际.com dengan judul China Akan Balas Negara-negara yang Bekerja Sama dengan AS, Klik untuk baca:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.