SAN FRANCISCO, KOMPAS.com — Negara Bagian California resmi menggugat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (16/4/2025) karena memberlakukan tarif impor besar-besaran terhadap banyak negara.
Trump dianggap menyalahgunakan kekuasaan presiden dan menyebabkan kerugian ekonomi besar, baik bagi California maupun AS secara keseluruhan.
Gugatan ini diajukan oleh Gubernur California Gavin Newsom dan Jaksa Agung Rob Bonta ke pengadilan federal di San Francisco.
Baca juga: Trump Terus Naikkan Tarif Impor dari China, Kini 245 Persen
Dalam dokumen gugatan, mereka meminta hakim untuk menghentikan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) dan Bea Cukai AS agar tidak memberlakukan tarif-tarif baru tersebut.
Sebelumnya, Trump diketahui memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen untuk semua negara, dan tarif lebih tinggi untuk negara-negara yang dinilai menghambat ekspor AS.
Untuk China, tarif yang dikenakan bahkan mencapai 145 persen, meski ada pengecualian untuk beberapa produk elektronik.
Sebagai respons, China membalas dengan tarif 125 persen, kemudian AS meningkatkannya menjadi 245 persen pada Rabu (16/4/2025).
Menurut gugatan California, kebijakan ini melanggar Konstitusi AS yang menetapkan bahwa kewenangan menetapkan tarif seharusnya ada di tangan Kongres.
California juga menyatakan bahwa undang-undang yang digunakan Trump sebagai dasar hukum, yaitu International Emergency Economic Powers Act (IEEPA), tidak memberikan wewenang kepada presiden untuk memajaki semua barang yang masuk ke AS secara sembarangan.
“Kebijakan tarif baru Presiden Trump telah menyebabkan kekacauan di pasar saham dan obligasi, menghapus ratusan miliar dollar dari kapitalisasi pasar hanya dalam hitungan jam, dan mendorong negara ke jurang resesi,” demikian isi gugatan.
Sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia dan negara bagian pengimpor barang terbesar di AS, California mengeklaim menanggung beban paling besar akibat tarif ini.
Baca juga:
Negara bagian ini memiliki 12 pelabuhan besar yang menangani 40 persen dari total impor AS.
Gangguan di pelabuhan-pelabuhan tersebut bisa memukul pendapatan pajak dan lapangan kerja lokal.
Selain itu, ekspor pertanian California yang pada 2022 mencapai 23,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 396 triliun), kini terancam oleh tarif balasan dari negara-negara seperti China.
Hal ini berpotensi menyebabkan hilangnya ribuan lapangan pekerjaan, menurut analisis gugatan tersebut.
Menanggapi gugatan tersebut, juru bicara Gedung Putih Kush Desai mengatakan bahwa Gubernur Newsom seharusnya lebih fokus menyelesaikan masalah dalam negeri seperti kejahatan, tunawisma, dan harga tinggi.
Gugatan dari California bukan yang pertama. Sebelumnya, kelompok bisnis Liberty Justice Center mengajukan gugatan di Pengadilan Perdagangan Internasional di New York.
Di Florida, seorang pemilik usaha kecil menggugat tarif terhadap China, dan anggota suku asli Amerika Blackfeet Nation di Montana menuntut tarif Trump terhadap Kanada.
Ketegangan dagang ini menambah tantangan bagi pemerintahan Trump, yang terus bersikukuh bahwa tarif merupakan cara untuk memulihkan industri AS dan menekan negara lain agar berlaku adil dalam perdagangan internasional.
Baca juga: Trump Kecualikan Tarif untuk Smartphone dan Laptop dari China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.