Harga kelapa di Sumatera Utara misalnya, harga normal kelapa yang sebelumnya hanya Rp 5.000 per kilogram, kini masih naik menjadi sekitar Rp 11.000.
Sementara itu, dikutip dari 优游国际.id, harga kelapa di Jawa Tengah kini naik mencapai Rp 17.000 per butir. Padahal harga normal dulunya hanya Rp 10.000 per buah.
Lantas, mengapa harga kelapa tetap mahal meskipun Lebaran telah usai?
Alasan kenaikan harga kelapa
Seorang pedagang kelapa di Pasar Raya Medan Mega Trade Center (MMTC), Sumatera Utara bernama Gio mengatakan, informasi yang ia dapat dari pemasok, kenaikan harga kelapa di dalam negeri ikut naik karena harga di pasar ekspor meroket.
Menurut pemasok yang dikutip Gio, keran ekspor dibuka sehingga harga di dalam negeri akhirnya mengikuti harga ekspor.
Sementara itu, dikutip dari AntaraNews (17/4/2025) Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyebut, kenaikan harga kelapa terjadi karena tingginya ekspor kelapa bulat.
Menurut dia, pengusaha lebih tertarik melakukan ekspor karena harga lebih tinggi. Hal ini kata dia, menyebabkan stok kelapa dalam negeri berkurang.
"Kan ini mahal, karena di ekspor ya. Harga ekspor memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri. Karena semua ekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri," kata Budi.
Sementara itu, dikutip dari 优游国际.id (21/4/2025). Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) menyebut, kenaikan harga kelapa disebabkan oleh ekspor secara legal dan ilegal yang terus meningkat.
Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor kelapa dari Indonesia yakni China, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Masifnya ekspor kelapa ini kemudian membuat stok kelapa domestik menurun sehingga harga naik.
Selain itu, produksi juga turun karena dampak el nino 2023 yang menyebabkan bunga dan bakal buah kelapa rontok.
Lebih lanjut, Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) mendesak pemerintah agar menghentikan ekspor kelapa bulat selama enam bulan guna menstabilkan pasokan dan harga dalam negeri.
/food/read/2025/04/22/060000075/sudah-tidak-lebaran-kenapa-harga-kelapa-tetap-mahal-