KOMPAS.com - Kondisi perekonomian Indonesia tengah mengalami masalah usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dan nilai tukar rupiah melemah.
IHSG ditutup dalam kondisi melemah 7,90 persen sejak dibuka pada level 5.914 pada Selasa (8/4/2025).
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah hingga sempat menyentuh Rp 17.217,00 pada Senin (7/4/2025) menurut data dari Bloomberg.
Lantas, apa yang perlu dikhawatirkan masyarakat terkait anjloknya IHSG dan melemahnya nilai rupiah?
Baca juga: Selain IHSG, Bursa Saham Banyak Negara Juga Anjlok, Terparah sejak 1929
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, masyarakat perlu mewaspadai dampak IHSG anjlok dan nilai tukar rupiah yang melemah.
Menurutnya, permasalahan ekonomi tersebut akan menyebabkan imported inflation atau inflasi yang meningkat. Sebab, beban biaya impor ke Indonesia akan naik.
"Masyarakat secara luas akan menghadapi kenaikan beban biaya pangan, biaya hidup, biaya perumahan, itu juga akan meningkat," ujar Bhima saat dihubungi 优游国际.com, Selasa.
Bhima mengungkapkan, kondisi demikian akan menyebabkan harga produk impor meningkat. Akibatnya, harga kendaraan bermotor serta bahan pangan impor akan cukup tinggi.
Produk pangan impor seperti bawang putih, gandum, serealia, kedelai, bahan baku tempe, tahu, serta daging diyakini akan meningkat. Sebab, harga pangan sensitif jika ada kondisi seperti pelemahan nilai tukar rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah juga menyebabkan harga-harga barang akan disesuaikan oleh produsen maupun importir.
"Sayangnya, kenaikan harga tersebut menimbulkan masalah karena tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat," tutur Bhima.
Upah masyarakat dinilai relatif kecil. Disposable income atau uang belanja masyarakat bahkan turun beberapa tahun terakhir. Hal ini akan berdampak ke daya beli masyarakat secara luas.
Perubahan nilai tukar rupiah pun bisa menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karena beban industri semakin meningkat seiring penerapan tarif impor dari pemerintah AS.
Kondisi ini membuat perusahaan harus melakukan efisiensi dengan merumahkan karyawan. Kontrak kerja karyawan pun bisa batal, sedangkan rekrutmen tenaga kerja akan dihentikan.
Baca juga: Trading Halt Kembali Berlaku Usai IHSG Anjlok 9 Persen
Bhima menuturkan, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) harus mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah dengan menaikkan suku bunga acuan.