KOMPAS.com - Hamas dan Israel yang berperang di Gaza telah merespons gagasan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi penduduk Palestina di kantong tersebut ke Yordania dan Mesir.
Seorang pejabat senior Hamas pada Minggu (26/1/2025) menegaskan, kelompoknya akan menentang gagasan Presiden Amerika Serikat untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
"Seperti halnya mereka telah menggagalkan setiap rencana pemindahan dan tanah air alternatif selama beberapa dekade terakhir, rakyat kami juga akan menggagalkan proyek-proyek semacam itu," kata Bassem Naim, anggota biro politik Hamas, merujuk pada komentar Trump.
Baca juga: Bukan Indonesia, Trump Usul 2 Negara Ini Bisa Tampung Penduduk Gaza
Kelompok Jihad Islam Palestina juga mengecam gagasan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
Kelompok yang telah berperang bersama Hamas untuk melawan Israel hingga terwujud gencatan senjata pada 19 Januari itu menyebut, gagasan Trump sebagai dorongan terhadap “kejahatan perang”.
Jihad Islam Palestina juga menggambarkan ide Trump untuk merelokasi penduduk Gaza sebagai sesuatu yang “menyedihkan”.
“Usulan ini berada dalam kerangka mendorong kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan memaksa rakyat kami meninggalkan tanah mereka," jelasnya, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Menteri Keuangan Israel sayap kanan Bezalel Smotrich pada Minggu mengaku menyambut baik gagasan Presiden Trump untuk “membersihkan” Gaza dengan merelokasi penduduk Palestina di wilayah itu ke Mesir dan Yordania.
Smotrich diketahui termasuk pejabat Israel yang selama ini menentang keras penghentian perang di Gaza.
Baca juga: Operasi Deportasi Massal Trump Dimulai, Para Imigran Ditangkap dan Diterbangkan Keluar AS
“Gagasan untuk membantu mereka menemukan tempat lain untuk memulai kehidupan yang lebih baik adalah ide yang bagus. Hanya pemikiran out-of-the-box dengan solusi baru yang akan membawa solusi perdamaian dan keamanan. Saya akan bekerja sama dengan Perdana Menteri dan kabinet untuk memastikan ada rencana operasional untuk mengimplementasikan hal ini sesegera mungkin,” ungkap Smotrich dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir AFP.
Sebelumnya, Trump pada Sabtu (25/1/2025) mengatakan, ia telah berbicara dengan Raja Yordania Abdullah II tentang pemindahan penduduk Palestina dari Gaza.
Ia pun berharap dapat berunding dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Minggu (16/1/2025) ini.
“Saya ingin Mesir mengambil orang-orang. Dan saya ingin Yordania untuk membawa orang,” kata Trump kepada wartawan di atas pesawat Air Force One.
Bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memindahkan mereka dari Gaza akan membangkitkan kenangan sejarah kelam yang disebut dunia Arab sebagai “Nakba” atau malapetaka, yaitu pemindahan massal penduduk Palestina selama pembentukan Israel pada tahun 1948.
Mesir sebelumnya telah memperingatkan agar tidak ada “pemindahan paksa” warga Palestina dari Gaza ke gurun Sinai, yang menurut Presiden Sisi dapat membahayakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani Mesir dengan Israel pada 1979.