KOMPAS.com - Lapisan ozon merupakan salah satu lapisan stratosfer yang menjadi gas pelindung atmosfer Bumi.
Berfungsi untuk melindungi Bumi, lapisan ozon semakin menipis dari waktu ke waktu akibat aktivitas manusia.
Dikutip dari National Geographic, ozon semakin menipis karena bahan kimia klorofluorokarbon (CFC) yang dipakai untuk aktivitas manusia sehari-hari.
Menurut data dari Copernicus Atmosphere Monitoring Service, lubang ozon di Belahan Bumi Selatan (BBS) memiliki luas 26,1 juta km persegi pada akhir September 2024.
Menipisnya ozon dari waktu ke waktu dipercaya akan meningkatkan risiko kanker kulit pada manusia.
Benarkah demikian?
Baca juga: Lapisan Ozon Berlubang Sebesar Dua Kali Antartika, Apa Dampaknya?
Dokter spesialis kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta, Arief Budiyanto mengatakan, lapisan ozon yang semakin menipis akan membuat sinar ultraviolet (UV) semakin banyak terpapar ke tubuh.
Matahari sendiri mempunyai tiga jenis sinar UV, yakni UV A, UV B, dan UV C.
UV C merupakan sinar ultraviolet paling berbahaya yang dikeluarkan oleh Matahari. Walaupun demikian, UV C berhasil ditangkal sepenuhnya dan tidak masuk ke dalam Bumi.
Namun dua jenis UV lainnya, yaitu UV A dan UV B masih bisa masuk ke dalam Bumi dan terpapar ke kulit.
“Karena UV C sepenuhnya ditangkal di atmosfer maka sinar yang paling berbahaya untuk manusia adalah UV B,” ungkap Arief kepada 优游国际.com, Selasa (17/9/2024).
UV B dianggap berbahaya karena dapat menembus ke kulit manusia seiring dengan penipisan ozon.
Sinar UV B dapat diserap oleh DNA dan dapat menyebabkan mutasi. Apabila terjadi mutasi, maka akan meningkatkan risiko kanker kulit.
Untuk UV A, meskipun tidak terlalu berbahaya seperti UV B, namun efeknya akan membuat penuaan kulit terjadi lebih cepat.
Baca juga: Apa Perbedaan Atmosfer dan Lapisan Ozon? Simak Penjelasan Berikut
Arief menyampaikan, kasus kanker kulit di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat karena banyaknya aktivitas luar ruangan yang dilakukan.