KOMPAS.com - Jurnalis Al Jazeera Ismail Al-Ghoul dan juru kamera Rami Al-Rifi tewas akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati, Jalur Gaza, Rabu (31/7/2024).
Dilansir dari Al Jazeera, Rabu, keduanya saat itu tengah bertugas dekat rumah Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terbunuh pada Rabu dini hari di ibu kota Iran, Teheran.
"Ismail menyampaikan penderitaan Palestina yang terusir, penderitaaan orang-orang yang terluka, dan pembantaian yang dilakukan (Israel) terhadap orang-orang tak berdosa di Gaza," ungkap rekan jurnalis lain yang ada di Gaza, Anas al-Sharif.
Baca juga: Siapa Ismail Haniyeh, Petinggi Hamas yang Terbunuh di Iran?
Diberitakan Washington Post, Kamis (1/8/2024), seorang fotografer lepas yang berada di tempat kejadian Ayman Al-Hissi mengatakan, dua serangan udara terjadi secara beruntutan.
Serangan pertama terjadi di dekat rumah Ismail Haniyeh, di mana saat itu banyak orang yang berkumpul usai mendengar kabar kematiannya.
Beberapa jurnalis serta fotografer, termasuk Al-Ghoul dan Al-Rifi mendatangi rumah duka untuk meliput dampak kematian Haniyeh sekitar pukul empt sore waktu setempat.
Keduanya tengah mewawancarai menantu perempuan Haniyeh, Enas Haniyeh saat secara tiba-tiba ada pesawat tempur yang menembakkan rudal ke bagian barat rumah.
Juru biciara Pertahanan Sipil Gaza Mahmoud Bassal mengatakan, tidak ada korban jiwa pada serangan itu.
Namun, para jurnalis termasuk Al-Ghoul dan Al-Rifi diperintahkan segera meninggalkan lokasi secepat mungkin.
Diketahui, mereka sempat menghubungi redaksi 15 menit sebelum serangan kedua terjadi melalui telepon.
Dalam panggilan itu, mereka melaporkan adanya serangan di wilayah tempat mereka berada dan diminta untuk segera pergi dari sana.
Mereka berdua pun pergi menggunakan mobil unutuk menuju Rumah Sakit Al-Ahli Arab. Namun di tengah perjalanan, mereka terbunuh. Serangan kedua ini menghantam daerah Aida sekitar pukul 5 sore.
Al-Ghoul dan Al-Rifi diketahui mengenakan rompi dan tanda pengenal pers saat terbunuh di mobil mereka.
Secara terpisah, jurnalis Al Jazeera lain Hainda Khoudary mengatakan, rompi dan tanda pers merupakan bentuk perlindungan diri mereka saat bertugas.
"Kami melakukan apa pun (untuk menjaga diri). Kami mengenakan rompi pers, helm, kami tidak mencoba pergi ke tempat yang tidak aman. Kami mencoba pergi ke tempat-tempat di mana kami bisa mennjaga keamanan," ungkapnya, dikutip dari Thruthout, Kamis.
Baca juga: Respons Dunia atas Kematian Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh