KOMPAS.com - Setiap bulannya terjadi fenomena astronomi yang beraneka ragam, mulai dari hujan meteor, konjungsi, gerhana, dan lain sebagainya.
Di awal bulan Mei ini terdapat Hujan Meteor Eta Akuarid. Hal tersebut telah berlangsung pada Jumat (6/5/2022) dini hari.
Lalu apa selanjutnya?
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, menjelaskan fenomena astronomi terdekat setelah itu adalah konjungsi Bulan-Pollux.
"Petang nanti, Bulan akan berkonjungsi dengan Pollux, bintang utama di konstelasi Gemini dengan sudut pisah antara 6,75 hingga 5,5 derajat," kata Andi pada 优游国际.com, Jumat (6/5/2022).
Dia menjelaskan fenomena itu dapat disaksikan 25 menit setelah matahari terbenam hingga pukul 22.00 pada 6 Mei 2022 waktu setempat dari arah Barat Laut.
Baca juga: 4 Gerhana Akan Terjadi pada 2022, Satu di Antaranya Menyapa Indonesia
Lebih lanjut dia menjelaskan setelah itu Bulan akan memasuki fase perbani awal, yakni ketika Matahari-Bulan-Bumi membentuk sudut 90 derajat sebelum purnama.
Hal itu akan terjadi pada 9 Mei pukul 07.21 WIB/08.21 WITA/09.21 WIT.
"Bulan dapat disaksikan dari arah timur laut setelah tengah hari, berkulminasi di arah Utara 45 menit setelah Matahari terbenam, dan terbenam di arah barat laut setelah tengah malam," ujar Andi.
Baca juga: Ada 4 Gerhana Tahun Ini, Catat Tanggalnya!
Andi mengungkapkan tanggal 11 Mei merupakan ketampakan terakhir Merkurius saat petang hari. Merkurius dapat disaksikan dari arah barat laut sejak 25 menit setelah Matahari terbenam selama 30 menit.
Kecerlangan/magnitudo Merkurius sebesar +3,6 dengan ketinggian 6,7 derajat. Merkurius akan dapat disaksikan kembali pada 2 Juni di pagi hari.
Kemudian tanggal 15 Mei pukul 22.00 WIB, Venus berada di titik terjauh Matahari (aphelion) dengan jarak 108.939.000 km.
Meski demikian, tidak mempengaruhi kecerlangan/magnitudo Venus dari Bumi karena dipengaruhi juga oleh sudut fase, yakni sudut yang dibentuk antara Matahari-Venus-Bumi.
"Kecerlangan Venus saat ini bernilai -4, yang berarti dapat terlihat sangat terang tanpa alat bantu optik manapun (asalkan cuaca cerah dan bebas polusi cahaya)," tutur Andi.
Venus dapat disaksikan esok paginya dari arah timur sejak pukul 03.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbenam.
Baca juga: Ramai Fenomena Planet Sejajar Terjadi 100 Tahun Sekali, Benarkah?
Andi mengatakan tanggal 16 Mei pukul 11.11.13 WIB/12.11.13 WITA/13.11.13 WIT merupakan puncak gerhana Bulan total pertama di tahun 2022.
Gerhana itu merupakan gerhana ke-34 dari 72 gerhana dalam siklus Saros 131. Lebar gerhana mencapai 1,4137 kali diameter Bulan untuk umbra dan 2,3725 kali diameter Bulan untuk penumbra.
Dia mengatakan titik pusat Bulan berada di 0,2532 kali diameter Umbra Bumi sebelah selatan titik pusat Umbra Bumi.
"Gerhana ini berlangsung dengan fase penumbral selama 5 jam 18 menit 40 detik (sejak pukul 08.32.11 WIB hingga 13.50.52 WIB), fase parsial selama 3 jam 27 menit 14 detik (sejak pukul 09.27.57 WIB hingga 12.55.11 WIB) dan fase total selama 84 menit 53 detik (sejak pukul 10.29.07 WIB hingga 11.54.00 WIB)," ujar Andi.
Gerhana itu hanya dapat disaksikan di Benua Amerika, Eropa, Afrika, Timur Tengah, Selandia Baru dan sebagian besar Oseania. Indonesia tidak mengalami gerhana tersebut karena Bulan sudah di bawah ufuk.
Gerhana tersebut bertepatan dengan detik-detik Waisak 2566 BE yang terjadi pada pukul 11.14.10 WIB/12.14.10 WITA/13.14.10 WIB.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 13 Maret 1781 Planet Uranus Ditemukan
Dikarenakan puncak purnama terjadi saat tengah hari, maka fase purnama kali ini dapat disaksikan selama dua malam berturut-turut, yakni pada 15 Mei petang hari dari arah timur sebelum Matahari terbenam hingga 16 Mei pagi hari dari arah barat sebelum Matahari terbit (iluminasi 99,3-99,8 persen) dan pada 16 Mei petang hari dari arah tenggara setelah Matahari terbenam hingga 17 Mei pagi hari dari arah barat daya setelah Matahari terbit (iluminasi 99,8-99,3 persen).
"Purnama di bulan Mei dalam Almanak Petani Amerika Serikat disebut sebagai Purnama Bunga (Full Flower Moon) karena pada bulan ini bunga-bunga sedang bersemi dengan indah," kata Andi.
Lanjutnya, purnama itu berada dekat dengan konstelasi Skorpius dan berkonjungsi dengan Antares, bintang utama di konstelasi Skorpius.
Konjungsi Purnama-Antares dapat disaksikan pada 16 Mei petang hari dari arah tenggara sejak 25 menit setelah Matahari terbenam hingga 17 Mei pagi hari dari arah barat daya saat 25 menit sebelum Matahari terbit. Sudut pisah Purnama-Antares bervariasi antara 10,3-5,5 derajat.
Baca juga: Jelang Lebaran 2022 Ada Fenomena Astronomi Konjungsi Venus-Jupiter, Apa Dampaknya ke Bumi?
Andi mengungkapkan Bulan akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi (perigee) pada 17 Mei pukul 22.23 WIB/23.23 WITA/18 Mei pukul 00.23 WIT dengan jarak 360.298 km dan lebar sudut 33,0 menit busur.
Bulan akan terlihat lebih terang 12,7 persen dibandingkan dengan rata-rata atau 25,2 persen dibandingkan dengan titik terjauhnya (apogee).
"Bulan dapat disaksikan dari arah tenggara sejak pukul 19.00 waktu setempat hingga keesokan harinya pukul 08.00 waktu setempat dari arah barat daya," ujar Andi.
Tanggal 22 Mei pukul 02.51 WIB/03.51 WITA/04.51 WIT merupakan Konjungsi Inferior Merkurius, yakni konfigurasi ketika Matahari, Merkurius dan Bumi berada pada satu garis lurus jika diamati dari bidang tegak lurus ekliptika.
"Konjungsi Inferior hanya dialami oleh dua planet saja yakni Merkurius dan Venus karena letaknya berada di antara Bumi dan Matahari," tutur Andi.
Konjungsi Inferior menandai pergantian ketampakan Merkurius dari yang semula petang hari menjadi pagi hari.
Saat konjungsi inferior, Merkurius akan nampak lebih besar dari Bumi dengan lebar sudut 12,21 detik busur.
Akan tetapi, karena Merkurius berada di depan Matahari jika diamati dari Bumi, maka sisi Merkurius yang menghadap Bumi tidak memantulkan cahaya Matahari sehingga tampak gelap seperti fase Bulan Baru (Konjungsi Solar Bulan).
Baca juga: Badai Matahari, Apa Itu dan Bagaimana Dampaknya ke Bumi?
Andi mengatakan puncak konjungsi Bulan-Saturnus terjadi pada 22 Mei pukul 11.43 WIB/12.43 WITA/13.43 WIT.
"Karena terjadi pada tengah hari, maka konjungsi Bulan-Saturnus dapat disaksikan pada dua malam berturut-turut, yakni 22 Mei dari arah timur hingga selatan sejak tengah malam hingga 25 menit sebelum Matahari terbit dan 23 Mei dari arah timur hingga selatan setelah tengah malam hingga 25 menit sebelum Matahari terbit," ungkap Andi.
Sudut pisah pada malam pertama bervariasi antara 9-7 derajat sedangkan sudut pisah pada malam kedua bervariasi antara 7,7-9,5 derajat.
Konjungsi Tripel Bulan-Jupiter-Mars terjadi pada 25 Mei dan dapat disaksikan dari arah timur sejak pukul 02.15 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
"Bulan bercahaya dengan iluminasi 28,5 persen fase sabit akhir, sedangkan magnitudo/kecerlangan Mars dan Jupiter masing-masing sebesar +0,6 dan -2,2," kata Andi.
Fenomena ini dapat disaksikan kembali pada 21-24 Juni 2022 dan 20-21 Juli 2022 mendatang.
Baca juga: 5 Fakta Mengejutkan dari Planet-planet di Tata Surya
Venus akan mengalami Okultasi oleh Bulan pada 27 Mei. Okultasi adalah peristiwa terhalangnya benda langit yang "tampak" lebih kecil (seperti planet dan bintang) oleh benda langit lain yang tampak lebih besar jika diamati dari Bumi (seperti Matahari dan Bulan).
"Hal ini dikarenakan konfiguasi ketiga benda langit membentuk garis lurus jika diamati dari bidang tegak lurus ekliptika," ujar Andi.
Selain itu, benda langit yang tampak lebih kecil sebenarnya berada jauh di belakang benda langit lain yang jaraknya lebih dekat dengan Bumi.
Dia mengatakan okultasi Venus secara global berlangsung sejak pukul 00.36 UT/07.36 WIB hingga 05.30 UT/12.30 WIB.
"Di Indonesia, Bulan berfase sabit akhir dengan iluminasi antara 10,6-10,3 persen ketika mengokultasi Venus," ungkap Andi.
Lanjutnya sebagian wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian provinsi Papua Barat mengalami Okultasi Venus pada pagi hari setelah Matahari terbit hingga siang hari.
Sehingga untuk mengamati fenomena ini harus menggunakan alat bantu optik seperti teleskop.
Sedangkan, Okultasi Venus dapat disaksikan sebelum Matahari terbit untuk Madagaskar, Kep. Komoro dan Seychelles.
Fenomena ini pernah melewati Indonesia pada 30 Juni 2011 dan 18 September 2017. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 14 September 2026 dan 27 Mei 2039.
Sebelum terjadi okultasi Venus, mula-mula Bulan berkonjungsi terlebih dahulu dengan Bulan dan dapat disaksikan dari arah timur sejak pukul 03.30 waktu setempat selama dua jam dengan sudut pisah 2,5-1,5 derajat.
Bulan bercahaya dengan iluminasi 12,0-11,3 persen sedangkan kecerlangan Venus sebesar -3,97.
Baca juga: Fakta-fakta 5 Planet Kerdil di Tata Surya Termasuk Pluto
Tanggal 29 Mei pukul 18.03 WIB merupakan puncak konjungsi Mars-Jupiter dengan sudut pisah 35 menit busur.
Sehingga, Konjungsi Mars-Jupiter dapat disaksikan selama dua malam, yakni pada 29 Mei sejak pukul 02.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit dengan sudut pisah 42-39 menit busur dan keesokan paginya (30/5) sejak pukul 02.00 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit dengan sudut pisah 37-39 menit busur.
Fenomena Astronomis untuk bulan Mei 2022 ditutup dengan fenomena Bulan Hitam atau Black Moon, yakni fase Bulan Baru kedua dalam satu bulan dalam kalender Masehi.
Bulan Hitam kali ini terjadi pada pukul 18.30 WIB/19.30 WITA/20.30 WIT. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2015 dan 30 Agustus 2019.
Fenomena ini akan kembali terjadi pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.