Dihubungi terpisah, epidemiolog dan Dosen Public Health di Universitas Derby Inggris, Dono Widiatmoko menjelaskan swab nasofaring masih yang paling efektif.
"Swab biasa yang paling efektif," katanya pada 优游国际.com, Jumat (29/1/2021).
Dia menjelaskan swab anal untuk melihat sisa-sisa virus yang dibuang tubuh melalui feses. Sehingga tes ini lebih cocok untuk melihat populasi.
"Jadi dilihat di populasi banyak nggak sih yang sudah terkena Covid-19, bukan pada level individual," ujarnya.
Baca juga: Memahami PCR dan Rapid Test pada Hasil Lab Covid-19, Seperti Apa?
Di beberapa tempat yang dites bukan di anus tapi di pusat pusat pengolahan sampah manusia.
Hal itu dilakukan untuk melihat seberapa besar virus ini sudah bisa ditemukan di populasi, dengan melihat sisa-sisanya yang bisa dilihat di pengolahan tinja.
Cara ini dapat menunjukkan di mana komunitas atau institusi lokal mengalami lonjakan kasus.
"Di sewage treatment (pengolahan limbah), pipa-pipa air kotor dari perumahan dikumpulkan untuk di-treat sebelum sisa airnya dikembalikan ke aliran sungai," kata Dono.
Dia mengatakan di Inggris, test dari sewage (pengolahan limbah) digunakan sebagai early warning terjadinya outbreaks. Tapi jika wabahnya sudah terlalu besar, deteksi semacam ini jadi tidak terlalu berguna lagi.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Bilik Swab Ciptaan Dosen UGM
Infografik: Mengenal Swab Test atau PCR