KOMPAS.com - Ahli kesehatan masyarakat dan pejabat pemerintah, termasuk Gubernur New York, memperingatkan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran di jalan dapat memperburuk penyebaran virus corona.
Protes atas kematian George Floyd sejauh ini terus meluas hingga ke kota-kota termasuk New York, Los Angeles, dan Baltimore.
Aksi protes tersebut menghimpun ratusan, bahkan ribuan orang.
Gubernur New York Andrew Cuoma mengungkapkan kekhawatirannya akan aksi protes yang telah berlangsung di wilayahnya dalam beberapa hari terakhir.
"Kita berbicara tentang pembukaan kembali dalam satu minggu di New York City dan sekarang kita melihat pertemuan massal ini selama beberapa malam terakhir yang dapat memperburuk penyebaran Covid-19," kata Cuoma, dikutip dari , Selasa (2/6/2020).
Sementara, Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms merekomendasikan para peserta aksi protes untuk diuji Covid-19.
Baca juga:
Pakar kesehatan menyebutkan, kedekatan jarak dan teriakan para peserta aksi dapat meningkatkan risiko penularan karena lebih banyak tetesan (droplet) yang dikeluarkan.
Menurut ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, Dr William Schaffner, aksi yang berlangsung di tempat terbuka juga dapat mempercepat penyebaran virus karena terbawa oleh gerakan angin.
"Banyak orang memakai masker, itu juga akan membantu meredam kemungkinan penularan," kata dia.
Menurut dia, sulit untuk memperingatkan para peserta protes bahwa di dekat mereka ada virus.
Seorang ahli penyakit menular di John Hopkins University for Health Security, Dr Amesh Adalja, mengatakan, para demonstran agar memposisikan diri sebagai orang yang terpapar virus.
"Jika Anda termasuk salah satu dari peserta protes, Anda harus mempertimbangkan diri untuk terpapar," jelas dia.
Baca juga: Ben Affleck Turun ke Jalan Dukung Aksi Protes Black Lives Matter
Floyd tewas setelah lehernya ditindih oleh Derek Chauvin, polisi yang menanggapi laporan bahwa korban membeli barang dengan uang palsu.
"Aku tak bisa bernapas," ujar Floyd yang kemudian menjadi kalimat penghabisannya, setelah Chauvin diketahui terus menekan lehernya.
Gelombang protes bahkan terjadi di luar Gedung Putih hingga membuat Presiden AS Donald Trump diungsikan ke bunker.
Di sisi lain, AS juga tengah berjuang melawan penyebaran virus corona yang tak kunjung berakhir.
Sejauh ini, AS menjadi negara yang memiliki kasus tertinggi di dunia dengan lebih dari 1,8 juta kasus dan 107.175 kematian.
Baca juga: Atlet NFL Terpapar Covid-19 Usai Ikut Aksi Protes Kematian George Floyd
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.