KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan mengenai badai atau siklon tropis yang sering muncul akhir-akhir ini.
Kemunculan siklon tropis membuat beberapa wilayah di Indonesia dilanda hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Sebagai contoh, BMKG mendeteksi kemunculan siklon tropis Yinxing di sebelah timur Tahuna, Sulawesi Utara pada Senin (4/11/2024) pukul 12.00 WIB.
BMKG juga mendapati pembentukan siklon tropis Kong Rey di Laut Filipina timur laut Filipina pada Rabu (30/10/2024).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, siklon tropis sering terjadi akhir-akhir ini karena pengaruh perubahan iklim.
Kondisi tersebut meningkatkan frekuensi dan durasi kejadian ekstrem, termasuk siklon tropis.
“Memang ada fakta, ada juga temuan ilmiah ada kecenderungan peningkatan kondisi ekstrem, antara lain munculnya badai tropis itu terjadi lebih relatif sering dengan intensitas yang bisa semakin menguat,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers daring, Senin (4/11/2024).
Siklon tropis seharusnya tidak bisa masuk wilayah Indonesia
Dwikorita menjelaskan, wilayah Indonesia seharusnya tidak bisa dimasuki oleh siklon tropis, namun ada kemungkinan hal ini terjadi.
Ia mencontohkan kemunculan Badai Seroja yang menyebabkan cuaca ekstrem di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, dan Maluku pada 2021, padahal sistem ini semestinya tidak masuk ke wilayah Indonesia.
Badai Seroja seharusnya tidak terjadi karena Indonesia berada di zona tropis dengan koordinat 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan.
Selain itu, siklon tropis tidak masuk wilayah Indonesia karena terhalang oleh gaya Coriolis akibat rotasi Bumi.
Gaya coriolis adalah gaya yang terjadi apabila angin dibelokkan tergantung arah angin berembus.
“Sehingga tidak dapat menembus wilayah Indonesia, tapi anomalinya badai tropis muncul di zona tropis itu karena ada anomali suhu muka air laut, tekanan atmosfer, yang hal-hal tersebut saat ini masih dalam kajian,” jelas Dwikorita.
Dalam konferensi pers yang sama, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto juga menjelaskan, kemunculan siklon tropis akhir-akhir ini merupakan hal yang wajar.
Sebabnya siklon tropis muncul di wilayah utara dan diperkirakan terus terjadi hingga November 2024.
“Kemudian nanti bergeser kemunculan siklon tropis di wilayah selatan. (Muncul di) selatan itu begitu pada saat musim hujan di November, (Desember), Januari, Februari, sampai April itu biasanya tumbuh di wilayah selatan,” jelas Guswanto.
Ia menerangkan, energi yang digunakan siklon tropis yang muncul di wilayah utara rata–rata menggunakan suhu permukaan air laut ketika terjadi gradien suhu 5 sampai 5,6 derajat Celsius dari Samudera Pasifik.
Saat siklon tropis terbentuk di Samudera Pasifik, sistem ini akan melalui Filipina lalu berakhir di wilayah Asia.
Sementara itu, energi yang digunakan siklon tropis yang berada di wilayah selatan rata-rata juga diambil dari suhu permukaan air laut.
Namun, Guswanto mengingatkan, kemunculan siklon tropis di wilayah selatan perlu dipantau apakah sistem ini berubah dari kebiasaan atau tidak, seperti halnya Badai Seroja.
“Barangkali beberapa yang tumbuh di sekitar wilayah Indonesia. Itulah yang bisa disebutkan ada pengaruh perubahan iklim atau dari kita lihat karena perubahan suhu permukaan air laut yang ada di sana terjadi gradien suhu lebih dari 6,5 derajat Celsius,” pungkas Guswanto.
/tren/read/2024/11/05/200000565/bmkg-ungkap-alasan-di-balik-meningkatnya-siklon-tropis-apa-penyebabnya-