KOMPAS.com – Dalam homili perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Katedral Timika, Jumat (18/4/2025), Uskup Terpilih Mgr Bernardus Baru menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Tanah Papua.
Konflik Puluhan Tahun dan Eksploitasi Sumber Daya Alam
Dilansir 优游国际.com (19/04/2025), Mgr Bernardus menegaskan bahwa Papua telah mengalami konflik bersenjata selama lebih dari enam dekade (60 tahun).
Ia menilai, konflik tersebut berkaitan erat dengan investasi dan eksploitasi sumber daya alam yang merugikan masyarakat adat.
"Banyak pihak berkolaborasi melanggengkan kejahatan, sehingga masyarakat adat yang punya tanah adat, jadi korban,” ungkapnya dalam homili.
Uskup lulusan Universitas Gregoriana Roma ini menyatakan bahwa akibat dari konflik dan kebijakan pembangunan, banyak warga masyarakat adat kehilangan nyawa serta ruang hidup mereka.
Baca juga:
Mgr Bernardus juga menyoroti kehadiran Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke yang menurutnya telah mencaplok dua juta hektar tanah adat dalam waktu singkat.
"Dalam sekejap masyarakat kehilangan hak hidup, ruang hidup, budaya, bahkan kehilangan jalan hidup," ujar Ketua STFT Fajar Timur Jayapura ini.
Ia juga memperingatkan bahwa ribuan spesies flora dan fauna terancam punah akibat eksploitasi yang tak terkendali.
Dalam homilinya, Uskup Bernardus mempertanyakan kesediaan umat Katolik dan Kristen untuk bersuara atas ketidakadilan dan kejahatan yang terjadi.
"Apakah Paskah hanya menjadi peristiwa seremonial? Apakah kita berani bersuara seperti Yesus, walaupun diadili dengan tidak adil, dijatuhi hukuman penuh rekayasa?" tegasnya.
Ia menekankan pentingnya keberanian memikul salib penderitaan seperti yang dilakukan Yesus.
"Jika umat Katolik dan Kristen tidak berani memikul salib, umat Katolik dan Kristen adalah Yudas-Yudas baru yang ikut ambil bagian dalam penyaliban Tuhan Yesus."
Baca juga:
Mgr Bernardus mengajak seluruh umat untuk mendoakan ribuan pengungsi akibat konflik di Papua.
"Mari kita berdoa bagi 80.000 pengungsi yang masih tinggal di seluruh tempat pengungsian di Tanah Papua akibat konflik investasi, konflik militer, dan konflik antara militer dengan TPNPB OPM."
Ia juga menekankan pentingnya dialog untuk mengakhiri kekerasan dan mengembalikan martabat manusia Papua.
“Kita berdoa, semoga Paskah tahun ini sungguh-sungguh membawa harapan baru ke depan. Harapan bagi masyarakat kita di seluruh Tanah Papua, agar mereka dari hari ke hari tidak dibunuh dan dirampas hak hidup mereka yang memiliki martabat sebagai manusia,” tutupnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di 优游国际.com dengan judul Uskup Timika Angkat Krisis Kemanusiaan Papua Saat Homili Jumat Agung, Klik untuk baca:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.