Tokoh yang diberi mandat untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia adalah Syafruddin Prawiranegara, yang kala itu menjabat Menteri Kemakmuran.
Berdasarkan mandat yang diterima dari pemerintah pusat melalui telegram, Syafruddin Prawiranegara bersama pejabat lainnya di Sumatera Barat, mendirikan PDRI.
PDRI resmi berdiri di Halaban (Kebupaten Lima Puluh Kota), Sumatera Barat, pada 22 Desember 1948.
Tujuan dibentuknya PDRI adalah untuk menyelamatkan legitimasi konstitusional dan eksistensi negara Republik Indonesia meski pimpinannya ditawan dan ibu kotanya dikuasai Belanda.
Selain itu, PDRI dibentuk dengan tujuan melakukan koordinasi pemerintahan, melanjutkan perang gerilya, memupuk moril perjuangan dan semangat rakyat.
Baca juga: Latar Belakang Agresi Militer Belanda II
Setelah berhasil menguasai Yogyakarta dan mengasingkan para tokoh RI, Belanda menyiarkan ke seluruh dunia bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi.
Ternyata, Belanda justru mendapat kecaman dari dunia internasional karena aksinya terhadap Indonesia.
Melansir 优游国际 Skola, dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 karya M.C Ricklefs, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) merasa tersinggung dengan keputusan Belanda untuk mengadakan agresi militer terhadap Indonesia.
Pada 22 Desember 1948, Amerika Serikat menghentikan semua bantuan ekonomi terhadap Belanda.
Pada 31 Desember 1948, DK PBB mengimbau Belanda dan Indonesia untuk melakukan gencatan senjata dan menyelesaikan sengketa melalui perundingan damai, tetapi tidak digubris.
Selama awal 1949, PBB terus mendesak dan memberikan tuntutan kepada Belanda.
Baca juga: Negara yang Terlibat dalam Penyelesaian Agresi Militer Belanda II
Indonesia, yang kehilangan ibu kota dan pemimpinnya ditahan akibat Agresi Militer Belanda II, mendapatkan dukungan dari dunia internasional.
Beberapa negara yang memberikan dukungan kepada Indonesia dengan mengecam Agresi Militer Belanda II yakni India, Australia, serta negara-negara Liga Arab.
India menjadi penggagas resolusi bangsa-bangsa Asia-Afrika, yang berhasil mengumpulkan dukungan Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Lebanon, Suriah, dan Iran, untuk mendesak Belanda keluar dari RI.
Meskipun Belanda berhasil menduduki ibu kota Indonesia, semangat perjuangan rakyat Indonesia tidak pernah padam.
Justru, rakyat Indonesia semakin gencar melakukan perlawanan. Bahkan pada 1 Maret 1949, TNI melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda.
Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang semakin membuktikan kepada dunia bahwa propaganda Belanda tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.