“Saya lebih memilih Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena berada di jalanan, daripada Gereja yang tidak sehat karena terkurung dan bergantung pada keamanannya sendiri.” (Evangeli Gaudium, 49)
KALIMAT di atas merupakan kutipan dari nasihat apostolik pertama Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium (Suka cinta Injil), yang disampaikan pada 24 November 2013.
Kalimat itu menggambarkan misi kepausannya, yaitu Gereja yang berpihak pada kaum lemah, terpinggirkan, dan miskin. YTTA, yang tahu-tahu aja, ini Fransiskan banget. Lucu sih, karena dia seorang Jesuit.
Paus Fransiskus tidak menginginkan agama yang hanya dibatasi dalam kehidupan pribadi tanpa pengaruh pada masyarakat.
Oleh karena itu, ia mengajak Gereja untuk keluar dari zona nyaman, menjangkau dan melayani seluruh umat manusia, sambil mengedepankan dialog antar-agama dan penghormatan terhadap lingkungan hidup, sejalan dengan ajaran cinta kasih universal.
Paus Fransiskus, lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, terpilih menjadi paus ke-266 Gereja Katolik pada 13 Maret 2013. Sosoknya amat istimewa karena menyandang banyak atribut sebagai “yang pertama”.
Ia adalah paus pertama dari luar Eropa dalam 1200 tahun terakhir. Paus pertama dari benua Amerika Latin. Paus pertama dari Argentina. Paus pertama dari Ordo Serikat Jesus. Dan, Paus pertama yang mengenakan nama Fransiskus.
Meskipun ia seorang Jesuit, pernah menjabat sebagai pemimpin provinsi (provinsial) Argentina, ia sengaja dan dengan sadar memilih nama Fransiskus sebagai nama kepausannya yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi.
Di sini menariknya, alih-alih memilih nama Ignatius yang adalah pendiri Ordo Serikat Jesus, ia malah memilih nama Fransiskus yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi, pendiri Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Fransiskus yang dipilihnya juga tidak merujuk pada Fransiskus Xaverius, co-founder Ordo Serikat Jesus yang pernah datang ke kepulauan Maluku untuk menyebarkan agama Katolik.
Jadi begini, secara singkat, Ordo Serikat Jesus (SJ) dan Ordo Fratrum Minorum (OFM) adalah dua kelompok religius yang sangat besar dalam Gereja Katolik.
Anggota Ordo Serikat Jesus disebut Jesuit, ada tambahan SJ di belakang nama mereka. Sementara, anggota Ordo Fratrum Minorum disebut Fransiskan, dengan tambahan OFM di belakang namanya.
Dalam gereja Katolik SJ dan OFM adalah dua kelompok religius besar dengan spiritualitas dan kekhasan karya kerasulan yang berbeda. SJ identik dengan karya pendidikan yang menghasilkan lembaga-lembaga pendidikan terkemuka.
Karya di bidang pendidikan Jesuit di Indonesia yang terkemuka adalah Kolese Kanisius-Jakarta, Kolese Gonzaga-Jakarta, Kolese Ignatius Loyola-Semarang, Kolese DeBritto-Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta.
Jesuit juga punya lembaga pendidikan untuk masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, Yayasan Kanisius. Meski juga punya karya pelayanan buat orang kecil, elite dan intelektual adalah stereotype sosok seorang Jesuit.
Sementara, karya-karya kerasulan para Fransiskan adalah sekolah-sekolah bagi orang miskin, panti asuhan, dan rumah singgah.
Di Jakarta para Fransiskan mengelola sekolah Fransiskus, SMK Sint Joseph, dan Panti Asuhan Vincentius. Profil sekolah-sekolah Fransiskan berbeda dengan Jesuit. "Market-nya" beda. Miskin, saleh, dan sederhana adalah kata kunci sosok seorang Fransiskan.
Ceritanya, suatu hari ada seorang Jesuit masuk surga. Bersukacitalah seluruh isi surga. Mereka bersorak-sorai. Santo Petrus penjaga gerbang surga membuat pesta tujuh hari tujuh malam.
Di tengah pesta, ada seorang Fransiskan datang. Ia baru saja masuk surga. Semua orang mengacuhkannya. Menengok pun tidak. Si Jesuit ini bingung, lalu bertanya ke Santo Petrus: “Kenapa tidak ada yang menyambut Fransiskan yang baru datang itu?”
“Setiap hari selalu ada Fransiskan yang masuk surga. Udah biasa banget. Kamu Jesuit pertama dalam sepuluh tahun terakhir,” jawab Santo Petrus kalem.