ALI Shariati (1933-1977), pascamenunaikan ibadah haji, secara spesifik menulis buku yang berjudul "Hajj". Buku ini terbit pertama kali di Ohio, Amerika Serikat (1978) yang berisi rekaman perjalanannya tentang haji.
Baginya, esensi haji adalah evolusi manusia menuju Allah SWT. Haji adalah simbol penciptaan Adam sebagai manusia pertama sekaligus menjadi miniatur proses kebangkitan kembali manusia pada hari kemudian.
Ka’bah yang berlokus di kota suci Mekkah adalah rumah pertama Allah SWT yang menjadi titik episentrum penciptaan alam ini.
Arafah yang berdekatan dengan Jabal Rahmah adalah saksi sejarah pertemuan kembali Adam dan Hawa setelah sekian lama berpisah.
Arafah juga ibaratnya menjadi visualisasi Padang Mahsyar, sebagai tempat transit seluruh manusia menunggu sidang perhitungan setelah kebangkitan.
Bagi jemaah haji Indonesia, berhaji bukan hanya tersentralisasi di kota suci Mekkah, tetapi Madinah juga memiliki magnet spiritual yang tidak boleh dinegasikan perannya.
Kota suci kedua ini telah mengabadikan perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan Islam.
Berziarah ke kota ini adalah paket berhaji yang tidak bisa dipisahkan sekaligus mengafirmasi kerinduan umat Islam kepada-Nya. Pada titik inilah, tradisi "arbain" dalam berhaji memainkan peran penting.
Secara terminologis, tradisi “arbain” adalah ritual shalat fardhu biasa yang dilakukan di Masjid Nabawi sebanyak 40 kali berturut-turut tanpa terputus.
Jika dikalkulasi, ritual ini membutuhkan 8 hari dengan perincian 5 waktu shalat/hari x 8 hari = 40. Angka 40 inilah yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai arbain.
Bagi jemaah haji Indonesia, tradisi arbain adalah bagian penting dari ritual haji, bahkan tidak jarang dari mereka mengkategorikan sebagai ritual wajib.
Ritual arbain pada prinsipnya bukanlah ritual yang berbeda dengan shalat fardhu biasa, kekuatannya adalah konsistensi shalat berjamaah sebanyak 40 kali.
Tulisan ini mencoba mendiskusikan kembali shalat arbain yang sejatinya hanya mentradisi pada jemaah haji Indonesia.
Shalat di Masjid Nabawi adalah impian bagi seluruh umat Islam, apalagi disempurnakan dengan ziarah ke makam manusia paripurna yang pernah hidup di muka bumi ini, yaitu Rasulullah SAW.
Selain itu, Masjid Nabawi juga menghadirkan Raudhah (Taman Surga), sebuah tempat antara rumah Rasulullah dengan mimbarnya.