KOMPAS.com - Kubisme adalah aliran seni rupa yang memuat beberapa sudut pandang dari obyek dalam suatu karya, sehingga menghasilkan lukisan yang seakan-akan terpisah atau terfragmentasi.
Fragmentasi dalam aliran seni Kubisme ini akan membentuk geometris, seperti bentuk kubus, segitiga, silinder, lingkaran, atau lainnya.
Hasil lukisan aliran Kubisme memiliki sudut pandang yang bisa dilihat secara bersamaan dari berbagai arah.
Oleh karena itu, karya yang dihasilkan terlihat unik dan bernilai seni tinggi.
Baca juga: Seni Kontemporer: Sejarah, Tokoh, Ciri-ciri, dan Contohnya
Aliran seni Kubisme muncul sekitar tahun 1907, saat Pablo Picasso membuat karyanya yang diberi judul "Demoiselles D'Avigno".
Lukisan Pablo Picasso itu disebut sebagai prototipe atau model awal Kubisme. Dalam karya tersebut, tampak sifat lukisan yang radikal, terdistorsi, serta ekspresi yang artistik.
Seniman lain, Georges Braque, yang melihat lukisan Picasso, tertarik dan menganggap bahwa lukisan itu mengeksplorasi gaya.
Setelah itu, Picasso dan Braque berkolaborasi, yang melahirkan aliran seni Kubisme.
Istilah Kubisme muncul setelah kritikus seni, Louis Vauxcelles, melihat lukisan Georges Braque di Paris pada 1908.
Louis Vauxcelles menilai bahwa lukisan Braque merupakan bentuk yang menyederhanakan obyek lukisan.
Penyederhanaan lukisan tersebut kemudian membentuk geometris yang tampak seperti kubus, atau dalam bahasa Inggris, cubist.
Baca juga: Jean-Michel Basquiat, Seniman Jalanan yang Mendunia
Istilah itu kemudian menyebar ketikabanyak mendapatkan perhatian publik, sehingga dikenal dengan Kubisme.
Kubisme kemudian dikenal sebagai aliran lukisan yang biasanya memecah gambar melalui penyerdehanaan objek hingga menyerupai bentuk geometris.
Aliran Kubisme yang dirintis oleh Pablo Picasso dan Georges Braque kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya beberapa tokoh seni Kubisme di Tanah Air.