Selama menjadi pemimpin Kerajaan Bali, Raja Udayana dibantu seorang Mpu bernama Mpu Agung atau Mpu Kuturan.
Baca juga: Pralaya Medang, Serangan yang Meruntuhkan Kerajaan Mataram Kuno
Pada masa pemerintahan Raja Udayana, masyarakat Bali dikenalkan dengan sistem pura yang dikenal dengan Pura Khayangan Tiga.
Pura Khayangan Tiga dibuat karena saat itu banyak aliran keagamaan di Bali yang kerap menimbulkan perbedaan kepercayaan dan perselisihan di masyarakat.
Perselisihan itu juga membawa pengaruh buruk terhadap jalannya pemerintahan kerajaan, sehingga Raja Udayana mengutus Empu Kuturan untuk mengadakan pertemuan dengan para tokoh agama di Bali.
Hasil pertemuan tersebut adalah dibangun Kahyangan Tiga, yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Tri Murthi (Brahma, Wisnu dan Siwa), yang merupakan manifestasi Hyang Widhi Wasa.
Selain itu, Raja Udayana juga memperkenalkan sistem perekonomian yang lebih maju di Bali pada saat itu.
Raja Udayana memperkenalkan uang kartal sebagai alat pembayaran dan menggantikan sistem barter.
Baca juga: Kerajaan Badung: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan
Dengan mengenalkan sistem uang ini, proses penarikan pajak menjadi lebih mudah.
Atas jasa-jasanya itulah, Raja Udayana menjadi salah satu penguasa Bali yang dihormati masyarakat hingga saat ini.
Raja Udayana meninggal pada 1011. Setelah itu, takhta jatuh ke tangan Marakata Pangkaja (1011-1022) dan kemudian Anak Wungsu (1049-1077).
Sedangkan Airlangga, mewarisi takhta Kerajaan Medang setelah meninggalnya Raja Dharmawangsa Teguh dalam peristiwa Pralaya Medang.
Namun, tidak lama kemudian, Airlangga membangun kerajaannya sendiri, yaitu Kerajaan Kahuripan, yang akhirnya dipecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri, untuk menghindari perang saudara.
Itulah mengapa, Udayana disebut sebagai Raja Bali yang menurunkan raja-raja Kerajaan Kediri.
Referensi: