KOMPAS.com - Budi Utomo dibentuk pada 20 Mei 1908 dan menjadi organisasi nasional pertama di Indonesia yang dicetuskan oleh para pelajar STOVIA, yaitu Sutomo, Wahidin Sudirohudoso, Soeradji, dan Gunawan Mangunkusumo.
Organisasi Budi Utomo dapat dikatakan peletak semangat kebangkitan nasional karena menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perjuangan untuk kepentingan nasional dalam membebaskan diri dari penjajahan.
Oleh sebab itu, setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Budi Utomo memiliki tujuan yang mulia, yaitu untuk mencapai Indonesia merdeka, memajukan golongan priayi Jawa, menolak kebudayaan Barat, dan membentuk Dana Pelajar.
Namun, seiring berjalannya waktu, organisasi ini semakin lamban. Salah satu faktor yang memengaruhi mulai lambannya pergerakan Budi Utomo adalah, organisasi ini kurang mengutamakan kepentingan rakyat umum karena fokus pada kalangan priayi.
Lantas, apa saja penyebab gerakan Budi Utomo menjadi semakin lamban?
Baca juga: Awal Mula dan Cita-Cita Berdirinya Budi Utomo
Lahirnya Budi Utomo berawal pada 1906, ketika diadakan kampanye menghimpun dana pelajar di kalangan priayi di Pulau Jawa oleh Dokter Wahidin Sudirohusodo.
Wahidin Sudirohusodo memiliki keinginan untuk memperbaiki masalah dan status golongan priayi. Oleh karena itu, ia berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat.
Pada 1906 dan 1907, Wahidin Sudirohusodo mulai melakukan kampanye di kalangan priayi di Pulau Jawa.
Ketika berkampanye, ia menyampaikan gagasannya tentang Dana Pelajar yang digunakan untuk membantu para pemuda cerdas untuk lanjut sekolah.
Pada 1907, Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan Sutomo, yang merasa lebih terdorong untuk menggapai cita-citanya setelah mendengar kampanye itu.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, Budi Utomo lebih fokus untuk memajukan pendidikan bagi kalangan priayi, bukan untuk pelajar umum.
Baca juga: Budi Utomo: Pembentukan, Perkembangan, Tujuan, dan Akhir
Penghimpunan dana yang dilakukan pada awal berdirinya Budi Utomo bertujuan untuk membantu para mahasiswa yang sekolah di STOVIA pada waktu itu.
Dengan demikian, maka gerakan Budi Utomo dalam bidang pendidikan pun cenderung parsial.
Terbentuknya Budi Utomo dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan kebijakan Politik Etis, yaitu politik balas budi yang mencakup irigasi, edukasi, dan emigrasi.