Parapuan.co - Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, untuk mencapai hal tersebut, Indonesia perlu membangun ekosistem kewirausahaan yang kuat dan mendukung.
Ekosistem kewirausahaan yang baik dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Ekosistem kewirausahaan yang baik dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia, perlu dilakukan beberapa hal. Salah satunya adalah meningkatkan akses ke pendidikan dan pelatihan yang baik. Hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan wirausaha.
Selain itu, penting juga meningkatkan akses ke modal yang baik, agar bisa membantu wirausaha memperoleh dana yang dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Termasuk mengembangkan infrastruktur yang baik, yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis.
Tak sampai di situ, memastikan adanya regulasi yang baik juga dapat meningkatkan keamanan dan kepastian hukum bagi wirausaha. Dan pentingnya mengembangkan jaringan dan komunitas yang baik agar bisa membantu wirausaha memperoleh dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan.
Membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia adalah kunci meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatkan akses ke pendidikan dan pelatihan, modal, infrastruktur, regulasi, dan jaringan dan komunitas, Indonesia dapat membangun ekosistem kewirausahaan yang kuat dan mendukung. Dengan demikian, Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Membangun ekosistem kewirausahaan yang berkelanjutan di Indonesia tak bisa dilakukan salah satu pihak saja. Dibutuhkan kerja sama lintas sektor dan pihak untuk turut menyukseskan hal ini, yang akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Inilah yang akhirnya dilakukan oleh KUMPUL, yang selama satu dekade terakhir turut membantu memajukan ekosistem kewirausahaan yang berkelanjutan. Dalam rangka merayakan satu dekade pemberdayaan ekosistem kewirausahaan di Indonesia, KUMPUL menyelenggarakan Executive Lab Forum (ELF) yang kedua.
Baca Juga:
Diskusi ini dikemas dalam format 'World Cafe', yang mempertemukan para eksekutif dari pemerintahan, industri, dan sektor nirlaba. Dengan mengusung tema 'Circle of Connection: Building Sustainable Business Ecosystems', forum ini bertujuan menjadi wadah kolaborasi untuk membahas keberlanjutan startup, etika dalam penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI), dan inefisiensi di berbagai sektor industri.
Dalam forum tersebut, KUMPUL meluncurkan Impact Report yang merangkum pencapaian mereka selama satu dekade terakhir, melalui laporan berjudul KUMPUL: A Decade of Growth'. Faye Wongso, Founder & Chairperson KUMPUL pun memaparkan bahwa evolusi KUMPUL yang dimulai dari inisiatif coworking dan kini telah berkembang menjadi penggerak untuk ekosistem kewirausahaan di Indonesia.
Faye menyoroti tantangan utama yang dihadapi, yaitu kebutuhan atas inovasi deep-tech dan partisipasi perempuan di ekosistem ini. Melalui berbagai program yang sudah berjalan, ekosistem kewirausahaan tumbuh dari 2,4% menjadi 58,55%.
“Inovasi AI yang etikal, pendanaan alternatif, dan perluasan akses pasar akan semakin krusial di tahun-tahun mendatang. Lalu, bagaimana kita, sebagai pemangku kepentingan bisa ikut berkontribusi?” ujar Faye menegaskan.
Dalam acara Executive Lab Forum tersebut pun memunculkan kesimpulan tentang tantangan dan hal yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekosistem kewirausahaan di Tanah Air, yaitu:
Connect for Growth, Pendalaman Pondasi Startups
Seringkali, startup lebih mengutamakan pertumbuhan pesat daripada keberlanjutan bisnis, yang berisiko menciptakan ketidakstabilan jangka panjang. Dalam kondisi pendanaan modal ventura yang semakin terbatas, model pembiayaan alternatif seperti blended finance, utang ventura, dan investasi berdampak menjadi semakin diminati.
Namun, selain akses pendanaan, program inkubasi, pendampingan, dan kemitraan strategis tetap memegang peranan krusial bagi kesuksesan startup.
Connect for Innovation, Inklusi Digital & Penggunaan AI Yang Etikal
AI menawarkan peluang sekaligus risiko, termasuk misinformasi, bias algoritma, dan ancaman keamanan data. Para ahli menekankan pentingnya kerangka etika dalam penerapan AI, program literasi digital, dan kebijakan AI yang inklusif.
Indonesia, sebagai calon pusat AI regional, perlu mengatasi kesenjangan digital antara perkotaan dan pedesaan untuk memastikan adopsi AI yang berkelanjutan.
Connect for Ecosystem, Mengatasi Tantangan Fragmentasi
Ekosistem kewirausahaan Indonesia menghadapi tantangan fragmentasi, di mana para pemangku kepentingan seringkali bergerak sendiri-sendiri tanpa terhubung. Untuk menciptakan dampak sistemik, para ahli merekomendasikan pengambilan keputusan yang terdesentralisasi, pembentukan pusat inovasi regional, dan pengaturan mekanisme pembiayaan inklusif guna memberdayakan wirausaha di luar Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, KUMPUL memperkenalkan KUMPUL Impact: Yayasan Ruansa Dampak Bersama, sebuah entitas baru yang fokus pada dampak sosial dalam pemberdayaan ekonomi berkelanjutan, kesetaraan gender, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Melalui Executive Lab Forum, KUMPUL berharap para eksekutif dalam ekosistem dapat berkomitmen dalam menjawab tantangan atas berbagai isu terkini di sektor kewirausahaan di Indonesia, mendukung keberlangsungan inisiatif berbagai pihak dalam pemberdayaan wirausahawan melalui diskusi strategis.
(*)
Baca Juga: