KOMPAS.com - Sebuah sekolah taman kanak-kanak (TK) di Kota Bekasi menjadi sorotan setelah nekat menyelenggarakan kegiatan study tour dan wisuda, meski Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sudah secara tegas melarang kedua kegiatan tersebut.
Tak hanya melanggar aturan, dua kegiatan itu juga membuat para orang tua murid kelimpungan karena tingginya biaya yang harus dibayar. Pihak sekolah mematok tarif sebesar Rp1.150.000 untuk paket kegiatan tersebut.
Keluhan datang dari salah satu orang tua siswa berinisial L (30). Ia merasa keberatan dengan total biaya yang dibebankan oleh pihak sekolah.
"Kalau untuk wisuda plus foto Rp550.000, untuk jalan-jalan Rp600.000. Total Rp1.150.000 yang bagi kami sangat memberatkan," ujar L, seperti dikutip dari 优游国际.com, Kamis (17/4/2025).
Berdasarkan surat edaran dari sekolah tersebut, kegiatan study tour dijadwalkan berlangsung pada 12 Juni 2025 dengan tujuan ke wilayah Depok, Jawa Barat.
Biaya Rp600.000 mencakup tiket masuk untuk dua orang ke area outbound, makanan ringan dan minuman untuk dua orang, makan siang prasmanan, kaus, dan transportasi menggunakan dua bus.
Baca juga:
Sementara itu, kegiatan wisuda direncanakan digelar pada 18 Juni 2025 di Gedung Islamic Center Bekasi. Biaya Rp550.000 mencakup transportasi, pendaftaran munaqosah dan wisuda, sewa toga, dokumentasi wisuda dan foto kelas, konsumsi, serta ijazah.
L berharap pihak sekolah membatalkan kedua kegiatan tersebut, apalagi sudah ada larangan dari Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
"Harapan saya semoga dibatalkan saja ini wisuda dan jalan-jalannya," ucap L.
Wali Kota dan Gubernur Tegas Melarang
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menegaskan bahwa larangan study tour dan wisuda sudah diberlakukan melalui surat edaran resmi dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
"Kan sudah keluar (aturan pelarangan), sudah jelas," kata Tri Adhianto.
Senada dengan Tri, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sejak awal telah menyoroti kegiatan study tour dan wisuda yang membebani orang tua murid, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Menurut Dedi, kegiatan semacam itu kerap lebih mengedepankan aspek bisnis ketimbang nilai pendidikan.
Baca juga:
"Study tour itu bukan urusan bus atau perjalanan, tetapi lebih kepada bisnis di baliknya. Seharusnya ini perjalanan pendidikan, tapi faktanya hari ini lebih banyak didominasi oleh travel dan bisnis pariwisata. Jika seperti itu, namanya bukan study tour, melainkan piknik," ujar Dedi Mulyadi kepada wartawan.