NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Seorang perempuan berusia 63 tahun pada Selasa (1/4/2025) yang terjebak selama 91 jam atau hampir empat hari, berhasil diselamatkan dari reruntuhan bangunan akibat gempa Myanmar.
Perempuan itu diselamatkan berkat upaya penyelamatan gabungan oleh pemadam kebakaran Myanmar dan tim dari India, China, dan Rusia.
Sementara itu, di wiayah Mandalay yang jadi lokasi terparah gempa, sedikitnya 50 anak dan guru PAUD tewas ketika sekolah mereka runtuh pada gempa Myanmar, Jumat (28/3/2025) lalu.
Baca juga: Korban Gempa Myanmar Tembus 2.719 Jiwa, PBB Desak Bantuan Segera Sebelum Musim Hujan
Demikian diungkapkan Badan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikutip dari kantor berita Reuters pada Rabu (2/4/2025), di wilayah Mandalay telah dilanda lima gempa susulan lagi.
Julia Rees dari badan PBB untuk anak-anak UNICEF mengatakan, ia menyaksikan seluruh masyarakat di Myanmar telah hancur, dengan kerusakan besar dan trauma psikologis.
"Namun, krisis ini masih berlangsung. Getaran terus berlanjut. Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Jenazah masih dievakuasi dari reruntuhan," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Saya tegaskan, kebutuhan bantuan kemanusiaan sangat besar, dan terus bertambah setiap jam. Tapi jendela untuk respons penyelamatan nyawa semakin sempit," ucap dia.
Sementara itu, di negara tetangga Thailand, jumlah korban tewas akibat gempa Myanmar meningkat menjadi 21 orang pada Selasa, dengan ratusan bangunan rusak.
Baca juga: Warga Mandalay Tidur di Tenda Terbuka, Trauma Gempa dan Takut Bangunan Runtuh
Hingga kini, tim penyelamat terus mencari korban di reruntuhan gedung pencakar langit yang sedang dibangun di ibu kota Bangkok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.