WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Donald Trump dijadwalkan mengumumkan paket tarif baru bertajuk “Hari Pembebasan” pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat.
Pengumuman ini akan dilakukan di Rose Garden, Gedung Putih, pukul 16.00 waktu Washington atau setelah pasar saham Wall Street tutup.
Namun, langkah tersebut menimbulkan kegelisahan global karena berpotensi memicu perang dagang berskala luas.
Baca juga: Demokrat Gugat Trump, Tuduh Perintah Eksekutif Hambat Akses Pemilih
Negara-negara yang diperkirakan menjadi sasaran tarif tengah bersiap mengambil langkah balasan, meski beberapa di antaranya masih mengupayakan negosiasi.
Trump menyatakan kebijakan ini dirancang untuk menghentikan "pemerasan" terhadap Amerika Serikat dan membawa "zaman keemasan" baru bagi industri dalam negeri.
"Langkah ini akan menghentikan Amerika yang diperas," ujar Trump dalam pernyataan sebelumnya, dikutip dari kantor berita AFP.
Namun, hingga malam menjelang pengumuman, Gedung Putih belum menyampaikan detail lengkap tarif yang akan diberlakukan.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Trump masih bertemu dengan para penasihatnya guna menyempurnakan kebijakan tersebut.
Ia menegaskan, tarif akan mulai berlaku "segera" setelah diumumkan, tanpa jeda waktu untuk negosiasi.
Trump, yang kini berusia 78 tahun, telah lama dikenal sebagai pendukung kebijakan tarif. Ia menyebut tarif sebagai solusi utama mengatasi defisit perdagangan AS, baik terhadap negara sekutu maupun pesaing.
Baca juga:
Sikap Trump yang keras terhadap perdagangan mendapat kritik dari berbagai pihak. Para ekonom memperingatkan, beban tarif kemungkinan besar akan dialihkan ke konsumen, dan berisiko mendorong terjadinya resesi di tingkat domestik maupun global.
Pasar keuangan dunia pun telah menunjukkan kegelisahan sejak beberapa hari terakhir. Ketidakpastian mengenai skala dan cakupan tarif membuat investor berhati-hati, sementara negara-negara mitra dagang utama AS menanti dengan waspada.
Pada awalnya, Trump menyebut tarif baru akan dikenakan secara setara dengan pungutan yang diterapkan negara lain terhadap AS.
Namun menurut laporan media AS, Presiden juga mempertimbangkan opsi lain, termasuk tarif menyeluruh sebesar 20 persen dan kemungkinan pemberian perlakuan khusus bagi negara-negara tertentu.
Pekan lalu, Trump telah mengumumkan tarif otomotif sebesar 25 persen yang berlaku mulai 3 April. Ia bahkan mengatakan, “Saya tidak peduli” jika harga mobil asing naik.