KOMPAS.com - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, perlu kembali ke meja perundingan dan mencapai kesepakatan terkait akses Amerika Serikat (AS) terhadap mineral penting Ukraina. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Mike Waltz, menegaskan hal itu Kamis (20/2/2025).
Rabu lalu, Zelensky menolak tuntutan AS untuk mendapatkan bagian dari mineral tanah jarang Ukraina, sebuah “kesepakatan” yang menurut Presiden AS, Donald Trump, seharusnya akan mencerminkan jumlah bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina selama berperang dengan Rusia.
Pernyataan Waltz, yang disampaikan saat pengarahan di Gedung Putih pada Kamis, membayangi pertemuan di Kyiv antara Zelensky dan Keith Kellogg, utusan utama AS untuk Ukraina.
Waltz mengatakan, Gedung Putih (Trump) "sangat frustrasi" terhadap Zelensky setelah Presiden Ukraina itu melontarkan penghinaan yang "tidak dapat diterima" terhadap Trump pada awal pekan ini.
Ukraina memiliki deposit atau cadangan besar sejumlah unsur dan mineral penting, termasuk litium dan titanium, serta cadangan batu bara, gas, minyak, dan uranium dalam jumlah besar. Nilai ekonomi berbagai cadangan itu mencapai miliaran dolar.
Pada Kamis pagi kemarin, Waltz mengusulkan bahwa akses AS terhadap mineral langka Ukraina dapat ditukar dengan bantuan – atau bahkan sebagai kompensasi atas dukungan yang telah diberikan AS.
“Kami memberikan kepada Ukraina sebuah peluang yang luar biasa dan bersejarah,” kata Waltz. Dia menambahkan, hal itu akan menjadi jaminan keamanan “berkelanjutan” dan yang “terbaik” yang dapat diharapkan Ukraina.
Namun Zelensky menolak tawaran itu dengan berkata, "Saya tidak bisa menjual negara kami."
Pernyataan Waltz dalam konferensi pers di Gedung Putih muncul tak lama setelah berakhirnya pertemuan Zelensky dengan Kellogg di Kyiv, setelah pemimpin Ukraina tersebut mengumumkan bahwa dia siap untuk membuat "perjanjian investasi dan keamanan" dengan AS demi mengakhiri perang di Ukraina.
Pertemuan itu dipuji Zelensky sebagai pertemuan yang "produktif". Namun, menurut BBC, sebenarnya itu lebih mirip sebuah pertemuan politik yang canggung.
Saat sejumlah anggota senior tim Donald Trump terus berhubungan langsung dengan Moskwa, purnawirawan jenderal itu mengatakan dia berada di Kyiv untuk “mendengarkan”.
Namun, tak lama kemudian menjadi jelas bahwa ia tidak akan berbicara, setidaknya di depan umum, setelah agenda konferensi pers dibatalkan pada menit-menit terakhir.