MUNICH, KOMPAS.com - Polisi menangkap seorang pencari suaka Afghanistan di lokasi mobil tabrak kerumunan di Munich, Jerman hingga melukai 30 orang, Kamis (13/2/2025).
Wali Kota Munich Dieter Reiter mengatakan, serangan itu pada malam menjelang konferensi keamanan internasional di kota Bavaria.
Serta di tengah perdebatan sengit di Jerman tentang imigrasi menjelang pemilihan umum 23 Februari menyusul serangan serupa.
Baca juga: Mobil Tabrak Kerumunan di Munich Jerman, 20 Orang Luka-luka
Diketahui, mobil Mini Cooper itu menabrak demonstrasi serikat pekerja, meninggalkan korban dan barang-barang mereka berserakan. Sepatu, kacamata, dan kereta bayi tertinggal di jalan.
"Sejumlah orang dirawat karena luka parah dan berada dalam kondisi kritis," kata Reiter, dikutip dari kantor berita AFP pada Jumat (14/2/2025).
Polisi melepaskan tembakan ke mobil yang rusak itu dan menahan pengemudinya, seorang pencari suaka Afghanistan berusia 24 tahun diidentifikasi oleh media Jerman sebagai Farhad N.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengutuk serangan itu dan menjanjikan konsekuensi yang berat bagi pelaku.
"Dari sudut pandang saya, sudah cukup jelas, penyerang ini tidak bisa mengandalkan belas kasihan, dia harus dihukum dan harus meninggalkan negara ini," kata Scholz kepada wartawan.
Luka-luka terbaru itu menyusul amukan mobil yang mematikan di pasar Natal di kota Magdeburg di bagian timur pada Desember 2024.
Seorang saksi mata, Alexa Graef mengatakan, dia melihat mobil itu menabrak kerumunan, yang tampak disengaja.
Baca juga: Kanselir Jerman Kecam Permintaan Trump Beli Tanah Jarang di Ukraina
"Saya harap ini terakhir kalinya saya melihat hal seperti itu," kata Graef, yang kantornya menghadap persimpangan tempat mobil itu menabrak.
Polisi memeriksa mobil berwarna krem itu, mengarahkan anjing pelacak di sekitar mobil pelaku dan mengatakan tersangka Afghanistan yang tinggal di Munich, ditangkap di tempat kejadian.
Pihak berwenang memiliki indikasi motif ekstremis dan penyelidikan telah diserahkan kepada kantor kejaksaan daerah.
Kantor berita Der Spiegel, mengutip sumber keamanan, melaporkan, pria itu diyakini telah mengunggah konten beragama secara daring sebelum serangan itu.
Dijelaskan, tersangka telah tiba di Jerman pada 2016 pada puncak masuknya migran massal ke Eropa.