LIMA, KOMPAS.com – Menurut studi di Peru, dua dosis vaksin Covid-19 dari Sinopharm 50,4 persen mencegah infeksi pada petugas kesehatan di sana.
Studi tersebut berdasarkan analisis data antara Februari hingga Juni ketika Peru memerangi gelombang kedua Covid-19 yang dipicu oleh varian Lambda dan Gamma.
Sebanyak 400.000 petugas kesehatan di garda depan diberikan vaksin Sinopharm. Sebagian besar di antara mereka mendapat dua dosis penuh.
Baca juga: Diklaim Lebih Efektif, Dua Produsen Vaksin Covid-19 AS Naikkan Harga Per Dosis
"Kemanjuran untuk mencegah infeksi tidak tinggi dan ini adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan dari populasi menerima dua dosis,” tulis studi para ilmuwan di Institut Kesehatan Nasional Peru dan dua lembaga penelitian lainnya.
Berdasarkan hasil tersebut, para ilmuwan yang terlibat studi tersebut memberikan konklusi bahwa pemberian dosis ketiga alias dosis booster bisa dipertimbangkan.
Beberapa negara seperti Kamboja dan Uni Emirat Arab (UA) mengusulkan vaksin buatan AstraZeneca atau Pfizer sebagai dosis booster kepada mereka yang menerima vaksin Sinopharm.
Salah satu ilmuwan yang menulis studi tersebut, Lely Solari, mengataka kepada Reuters bahwa dosis ketiga alias booster bisa dipertimbangkan.
Baca juga: Perawat Palang Merah Diduga Tipu 8.600 Orang Lanjut Usia, Tukar Vaksin Covid-19 dengan Larutan Garam
“Pertanyaannya adalah kapan saat terbaik dan dengan jenis vaksin apa," kata Solari.
Dia menuturkan, kendati efektivitas vaksin Sinopharm terhadap Covid-19 cenderung lebih rendah daripada yang lain, vaksin tersebut masih masuk standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut data WHO, vaksin Sinopharm menunjukkan tingkat kemanjuran sebesar 78,1 persen terhadap kasus Covid-19 bergejala menurut uji klinis fase 3.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Peru mengatakan bulan lalu bahwa vaksin Sinopharm 98 persen mencegah kematian akibat Covid-19.
Baca juga: Facebook Hapus Jaringan Anti-Vaksin Covid-19 yang Incar Influencer
Di Peru, jumlah kematian per kapita akibat Covid-19 mencatatkan yang tertinggi di dunia.
Menurut para ahli, hal itu disebabkan oleh varian Lambda yang pertama kali diidentifikasi akhir tahun lalu dan diperburuk oleh sistem perawatan kesehatan yang rapuh.
Berdasarkan penelitian dari Jepang menjelang peer-review, varian Lambda lebih tahan terhadap antibodi yang dipicu oleh vaksin daripada varian asli virus corona yang muncul dari Wuhan menurut hasil studi laboratorium.
Baca juga: AS Desak Ibu Hamil untuk Disuntik Vaksin Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.