KOMPAS.com – Hari ini 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Para siswa perlu tahu bahwa Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini adalah tokoh pahlawan perjuangan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di era penjajahan kolonial.
Karena perjuangannya, sejak tahun 1964 setiap tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan emansipasi perempuan. Saat ini, banyak perempuan yang punya peran penting dan berkiprah di berbagai bidang.
Dosen program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Claudia Anridho SAnt MSosio berpendapat bahwa di era modern memaknai Hari Kartini berarti mewajibkan perempuan untuk memperkuat representasinya sebagai sosok yang berdikari.
"Sekarang dengan adanya kecanggihan teknologi digital dan akses informasi juga lebih mudah, kita sebagai perempuan harus bisa memanfaatkan hal tersebut. Kita perlu memperluas spektrum kesempatan kita sendiri untuk menjadi perempuan yang berdaya. Jadi, kita perlu menemukan kesempatan-kesempatan di mana kita turut berkontribusi tidak hanya dalam sektor publik saja, tapi juga sektor privat,” terang Claudia dikutip dari laman Unair, Senin (21/4/2025).
Dosen Sosiologi ini menyoroti terjadinya pergeseran nilai gerakan kesetaraan gender, di mana perjuangan kesetaraan tidak melulu mengenai ranah publik, melainkan juga ranah privat.
Baca juga: Catat Tanggal Libur Sekolah Bulan Mei 2025
“Kita sebagai perempuan juga harus bisa turut memaknai bahwa kontribusi perempuan dalam ranah privat (lingkup keluarga, red) itu juga adalah sesuatu hal yang sangat positif dilakukan sebagai seorang perempuan. Jadi kita jangan mengecilkan arti mereka yang juga bekerja di sektor privat,” ucapnya.
Mengutip dari teori Pierre Felix Bourdieu, Claudia menyampaikan bahwa perempuan perlu turut memperjuangkan empat modal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik.
Modal ekonomi berupa akses terhadap sumber daya finansial, modal sosial dalam bentuk jaringan relasi yang mendukung, modal budaya berupa pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan, serta modal simbolik, yakni pengakuan dan prestise yang memberi legitimasi dalam masyarakat.
Selain memperjuangkan empat modal tersebut, Claudia menegaskan bahwa perempuan harus bisa saling menghargai tindakan sesama perempuan.
“Ketika melihat di media sosial banyak yang menyayangkan ketika perempuan berkiprah atau mungkin perempuan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Justru ada yang mendapatkan prasangka dari perempuan lain, di mana seharusnya sebagai sesama perempuan bisa saling menghargai,” ujarnya.
Menurut Claudia saat ini perempuan masih menghadapi tantangan besar dalam hal kesetaraan.
“Adanya peran ganda yang masih dibebankan kepada perempuan. Jadi ketika perempuan mau berkiprah itu mereka masih harus bertanggung jawab penuh atas kebutuhan domestik sehingga perempuan harus memiliki manajemen waktu yang sangat baik,” paparnya.
Baca juga: Apakah Hari Kartini Tanggal 21 April Libur Nasional atau Bukan?
Bagi Claudia gerakan simbolik, seperti seremonial, pemakaian kebaya, dan ucapan di media sosial, merupakan cara mendasar dari memaknai Hari Kartini.
Selain wajib mendalami pemaknaan Hari Kartini, Claudia berharap sivitas akademika Unair juga menjalankan spirit gerakan emansipasi wanita.
“Kita perlu berusaha menyadarkan bahwa setiap orang memiliki potensi. Jadi ketika kita berinteraksi dengan orang lain usahakan kita tidak hanya sekedar menyapa atau berbasa-basi. Kita juga harus bisa memotivasi serta memberikan kredit atas orang lain dengan cara mengapresiasinya,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.