KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkapkan dua masalah yang sering terjadi di kelas dan memengaruhi efektivitas pembelajaran.
Dua masalah itu, adalah kemunduran kemampuan belajar atau learning loss akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada keterlambatan akademik.
Kemudian masalah kedua adalah fenomena schooling without learning yakni siswa bersekolah tetapi tidak memahami materi yang dipelajari secara mendalam.
"Inilah yang secara metodologi dan pedagogis harus kita perbaiki," kata Mu'ti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (16/3/2025).
Baca juga: Alasan Mendikdasmen Cairkan Tunjangan Guru Langsung ke Rekening
Oleh karena itu, Mu'ti menilai perlu ada metode baru untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya metode pembelajaran Deep Learning.
Mu'ti menjelaskan, pendekatan ini dirancang untuk menyempurnakan metode pembelajaran sebelumnya dengan menekankan pemahaman yang lebih mendalam.
Sehingga siswa tidak hanya menghafal tetapi juga mampu menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari serta bertujuan mengubah paradigma belajar agar lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
“Ketika kami menerapkan Deep Learning nanti, fondasinya akan ada tiga, yaitu mindful learning pembelajaran dengan kesadaran penuh meaningful learning (pembelajaran yang bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan)," ujarnya.
Mu'ti pun mengimbau seluruh penyelenggara pendidikan untuk fokus pada peningkatan kualitas siswa agar mereka benar-benar memahami ilmu yang dipelajari.
Sehingga, anak didik tidak hanya datang ke sekolah dan mengerjakan PR untuk lulus sekadar lulus dalam ujian akhir.
"Mari kita ajak anak-anak untuk belajar bukan hanya sekadar mengerjakan PR dan lulus ujian. Kita biasakan mereka belajar untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya mengejar kelulusan," jelas Mu'ti.
Baca juga: Cairkan Tunjangan Guru, Mendikdasmen: Tidak Benar Pemerintah Anti-Kritik
Sebelumnya Mu'ti juga menegaskan, pendekatan belajar Deep Learning tidak akan mengganggu penerapan kurikulum yang dianut o暮eh sekolah.
Dia mengatakan, sekolah masih tetap boleh memilih ingin menggunakan Kurikulum Merdeka ataupun Kurikulum 2013 (K-13).
"Lalu kurikulum yang ada bagaimana? Ya biarin saja, yang (Kurikulum) Merdeka tetap merdeka, yang K-13 tetap K-13," ujar Mu'ti di acara Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning yang disiarkan secara daring, Senin (17/2/2025) silam.
Baca juga: Mendikdasmen Ungkap Pentingnya Pendidikan Dasar sebagai Fondasi Pendidikan yang Maju
Mu'ti menegaskan, ia hanya ingin memperkenalkan pendekatan Deep Learning. Jadi, apapun kurikulum yang akan diterapkan sekolah disarankan tetap menggunakan pendekatan Deep Learning.
"Tinggal Anda mau terapkan di mana, terserah, yang penting mendalam," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.