优游国际

JAKARTA, KOMPAS.com- Universitas Indonesia (UI) memberhentikan MAES, dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Indonesia (UI) karena terlibat kasus pelecehan seksual.

MAES ditetapkan menjadi tersangka setelah merekam seorang mahasiswi berinisial SS (22) yang sedang mandi di sebuah indekos di wilayah Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025) sekitar pukul 18.12 WIB.

"Jadi sudah tidak menjadi mahasiswa PPDS lagi. Kami berikan sanksi yang tegas. Senin kemarin. Senin kemarin sudah kita lakukan tindakan," ujar Rektor UI, Heri Hermansyah saat ditemui di UI, Rabu (23/4/2025).

Heri menyebutkan, UI memiliki Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) yang ini telah resmi bertugas. Ia mengklaim Satgas PPKS UI telah bekerja untuk menangani kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh MAES.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Khairul Munadi mengatakan, pihaknya tak menoleransi pelecehan yang terjadi di dunia akademik.

Ia mengatakan, pihaknya juga memiliki satuan tugas untuk menangani kasus pelecehan seksual yang terjadi di perguruan tinggi.

"Selain itu juga kita melakukan sinergi dengan Kemenkes untuk memastikan program pendidikan spesialis ini bisa semakin baik ke depannya," ujar Khairul pada kesempatan yang sama.

Baca juga: Soal TNI Masuk Kampus, Rektor UI: Tak Ada Pembungkaman, Tak Ada Represi

Sebelumnya, Polres Metro Jakarta Pusat menjerat MAES dengan pasal berlapis dan terancam belasan tahun penjara usai ditetapkan sebagai tersangka kasus pelecehan seksual.

“Pelaku dijerat Pasal 4 Jo Pasal 29 dan Pasal 9 Jo Pasal 35 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Ancaman hukumannya maksimal 12 tahun penjara," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Muhammad Firdaus dalam konferensi pers di Lapangan Merah Polres Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025).

Tersangka melancarkan aksinya usai mendengar suara air dari kamar mandi korban. Ia pun naik ke arah plafon kamar mandi.

"Pelaku berinisial MAES mendengar suara air dari kamar mandi korban, yang merupakan tetangganya satu kos. Pelaku kemudian naik ke atas plafon kamar mandi dan merekam lewat lubang ventilasi udara yang memang sudah ada di bangunan tersebut," ujar Firdaus.

Korban langsung menyadari adanya aktivitas mencurigakan. Kemudian, ia segera meminta bantuan teman-temannya dan berhasil mengamankan pelaku lalu membawanya ke kantor polisi.

“Durasi rekaman sekitar 8 detik dan direkam menggunakan ponsel milik pelaku," kata Firdaus.

Baca juga: Rektor UI: Penjurusan di SMA Mudahkan Mahasiswa Belajar di Kampus

Firdaus menyampaikan, pelaku sudah berkeluarga dan telah tinggal di kos tersebut selama delapan bulan. Namun, pelaku tidak pernah berinteraksi langsung dengan korban.

"Pelaku dan korban tidak saling mengenal, mereka hanya kebetulan tinggal bersebelahan di kos yang sama," jelas Firdaus.

Dalam pemeriksaan, MAES mengaku bahwa tindakannya tersebut dilakukan hanya karena iseng. Ia menyebut video yang direkam tersebut hanya untuk konsumsi pribadi, bukan untuk disebarkan atau diperjualbelikan.

“Kami telah memeriksa empat orang saksi. Sampai saat ini, tidak ada indikasi pelaku memiliki kelainan seksual atau kebiasaan mengakses konten pornografi," tutur Firdaus.

Polisi juga menyita sejumlah barang bukti dalam kasus ini, di antaranya satu unit ponsel milik pelaku, celana pendek warna hitam, handuk milik korban yang digunakan saat kejadian, serta pakaian dalam berwarna cokelat muda.