KOMPAS.com - Sebuah sungai besar di kota metropolitan Brasil, Sao Paulo, tiba-tiba berwarna hijau zamrud, sedangkan langitnya berubah dari biru menjadi abu-abu.
Sementara itu, pada sore hari, sinar Matahari yang menembus kabut asap akan tampak berwarna jingga tua.
Meski terlihat seperti dunia fantasi, nyatanya ancaman lingkungan dalam beberapa hari terakhir telah mengubah warna lanskap kota metropolitan itu.
Baca juga: Brasil Dilanda Kekeringan Terburuk dalam 70 Tahun Terakhir
Diberitakan AP News, Rabu (11/9/2024), otoritas lingkungan negara bagian Sao Paulo menghubungkan perubahan warna hijau baru Sungai Pinheiros dengan mekarnya alga.
Fenomena mekarnya alga yang terlihat sejak Senin (9/9/2024) itu merupakan imbas dari kekeringan parah yang telah menurunkan permukaan air secara signifikan.
Pada hari yang sama hingga beberapa hari berikutnya, udara di kota tersebut memang terpantau dipenuhi asap.
Kondisi udara ini dikaitkan dengan masa panas dan kering, sehingga mempersulit penyebaran polutan dari kawasan hutan yang dilanda kebakaran.
Baca juga: Pesawat Voepass Jatuh di Brasil, 61 Orang Tewas, Black Box Langsung Ditemukan
Brasil sedang mengalami kekeringan terburuk sejak lebih dari tujuh dekade lalu berdasarkan pengukuran nasional.
Sekitar 59 persen wilayah negara tersebut ikut terdampak, suatu wilayah yang luasnya kira-kira setengah dari luas Amerika Serikat.
Sungai-sungai utama di lembah Amazon yang mengalir di negara ini juga mencatat titik terendah dalam sejarah.
Di sisi lain, kebakaran hutan tak terkendali yang disebabkan oleh manusia di hutan hujan Amazon serta bioma lain turut menyebarkan asap ke area yang sangat luas.
Bukan hanya merusak kawasan lindung, kebakaran juga semakin memperburuk kualitas udara di seluruh negeri.
Baca juga: Seorang Warga Brasil Tewas Usai Diduga Dipaksa Petugas Bea Cukai untuk Minum Sebotol Alkohol
Dilansir dari Los Angeles Times, Rabu, warga kota terpadat di Amerika Selatan itu mengeluh tentang asap di seluruh kota dan bau busuk di dekat sungai.
Selama dua hari berturut-turut, asap menyebabkan Sao Paulo yang berpenduduk 21 juta jiwa menghirup udara paling tercemar kedua di dunia, berdasarkan IQAir.
"Jika cuaca panas di siang hari dan suhu menurun, bau busuk akan semakin menyengat setelah pukul 10.00 malam," kata analis sistem Flavio Xavier Santana.