KOMPAS.com - Enam puluh enam juta tahun yang lalu, sebuah asteroid sebesar gunung menabrak Bumi dengan kecepatan tinggi dan menghantam laut dangkal di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Tumbukan tersebut setidaknya telah melepaskan energi sebanyak 100 juta bom nuklir dan melubangi kerak Bumi selebar 200 kilometer dengan kedalaman 20 kilometer.
Tak hanya itu, hantaman benda langit itu juga menyebabkan gempa bumi, tsunami, badai api yang dahsyat, dan membuat suhu global anjlok, dilansir dari Scientific American, Kamis (15/8/2024).
Selain itu, peristiwa tersebut juga membuat lebih dari separuh spesies yang ada pada saat itu, termasuk dinosaurus, punah.
Lantas, asteroid apa yang sebenarnya menabrak Bumi dan menyebabkan kepunahan dinosaurus?
Baca juga: Sempat Dikabarkan Akan Tabrak Bumi di 2029, Apa Itu Asteroid Berbahaya Apophis 99942?
Fenomena dahsyat yang memicu kepunahan dinosaurus itu masih diselimuti tanda tanya, hingga fisikawan Walter Alvarez menguak misteri itu sekitar tahun 1970-1980.
Alvarez dan rekan-rekannya meneliti lapisan puing-puing yang terletak di bebatuan berusia 66 juta tahun di seluruh dunia. Anehnya, lapisan itu diperkaya dengan unsur-unsur seperti iridium.
Iridium adalah unsur yang sangat langka di kerak Bumi, namun dapat ditemukan berlimpah di asteroid dan komet.
Mereka kemudian mengaitkan asal-usul lapisan tersebut dengan tumbukan yang membunuh dinosaurus dan lubang raksasa yang kini terendam, sebuah situs yang disebut Chicxulub, yang dijuluki Alvarez sebagai “Kawah Malapetaka”.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Science pada 15 Agustus 2024 menawarkan jawaban atas asal-usul asteroid yang menghantam Bumi puluhan juta tahun lalu.
Penelitian tersebut memetakan asal-usul peristiwa bersejarah ini melalui pengukuran yang sangat akurat terhadap isotop rutenium yang ditemukan dalam puing-puingnya.
Penelitian itu secara yakin menunjukkan, iridium dan rutenium yang ditemukan di lapisan yang dimaksud oleh Alvarez tidak berasal dari vulkanisme, melainkan dari sumber yang jelas-jelas berasal dari luar Bumi.
Jumlah variasi isotop yang sangat tipis menunjukkan bahwa tumbukan di Chicxulub bukan disebabkan oleh komet atau batuan antariksa raksasa yang biasa, melainkan asteroid “berkarbon” yang kaya akan senyawa organik.
“Saya merasa hasil ini sangat meyakinkan. Hasil ini sangat cocok dengan banyak bukti lainnya,” kata seorang astrofisikawan di Arizona State University, Steve Desch, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Bukti tersebut juga termasuk dalam pengukuran sebelumnya, terhadap isotop dan mineral lain, serta studi geokimia dari beberapa pecahan murni dari penabrak yang hancur yang telah berhasil ditemukan oleh para ilmuwan secara utuh dari sedimen dan fosil kuno.