KOMPAS.com - Berhenti atau mengurangi konsumsi gula dapat membawa manfaat bagi kesehatan. Namun, ada efek yang dilaporkan terjadi pada otak akibat berhenti konsumsi gula.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, sebanyak 1,5 juta kematian pada 2019 terjadi akibat diabetes. Sebanyak 48 persen di antaranya terjadi pada orang berusia kurang dari 70 tahun.
Sebanyak 460.000 kematian di dunia juga terjadi akibat penyakit ginjal yang disebabkan diabetes. Peningkatan glukosa darah juga menyebabkan sekitar 20 persen kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Untuk mencegah hal tersebut, upaya mengurangi konsumsi gula menjadi hal yang diperlukan.
Namun ternyata, tindakan itu menimbulkan efek yang mungkin terjadi akibat reaksi otak terhadap gula.
Baca juga: Rekomendasi 7 Makanan Penurun Gula Darah yang Cocok untuk Penderita Diabetes
Diberitakan CNN (2/3/2017), setiap orang melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang karena hal tersebut menyenangkan bagi otak.
Ketika seseorang melakukan tindakan menyenangkan, sistem otak akan melakukan aktivitas yang dinamakan jalur mesolimbik.
Sistem ini terjadi saat sekumpulan neuron di otak yang disebut area tegmental ventral akan menggunakan senyawa neurotransmitter dopamin untuk memberi sinyal ke bagian otak yang disebut nukleus akumbens.
Bagian otak nukleus akumbens dan korteks prefrontal akan bertugas menentukan gerakan motorik yang dilakukan sehari-hari. Misalnya, makan kue yang manis.
Makan makanan manis termasuk penyebab timbulnya rangsangan memuaskan dan hal menyenangkan bagi otak, dikutip dari Asosiasi Internasional untuk Keberlanjutan Pertanian (IAAS) Singapura.
Itu terjadi karena sukrosa atau gula mengaktifkan reseptor rasa manis dalam mulut. Reseptor yang aktif menyebabkan pelepasan dopamin dan serotonin di otak. Dua hormon itu bertugas mengatur perasaan bahagia.
Di sisi lain, sebagian besar orang lebih menyukai rasa manis daripada asam dan pahit karena jalur mesolimbik otak. Itu membuat tubuh percaya makanan manis menyediakan sumber karbohidrat sehat bagi tubuh. Sebaliknya, rasa asam bisa jadi dianggap "makanan belum matang" dan pahit berarti "racun".
Karena konsumsi gula dianggap menyenangkan otak, tubuh pun melakukan tindakan itu terus-menerus. Akibatnya, tubuh dapat mengalami kecanduan gula. Konsumsinya pun sulit dibatasi.
Baca juga: 10 Buah dengan Kandungan Gula Tinggi, Sebaiknya Dibatasi Penderita Diabetes
Kondisi itu membuat perasaan menjadi semakin baik seiring semakin banyak gula yang dikonsumsi. Ketika berhenti mengonsumsi gula, tubuh akan mengalami efek penarikan yang tidak menyenangkan bagi tubuh dan otak.