KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau di Indonesia pada 2023 lebih kering dari biasanya.
Dilansir dari laman , Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau lebih awal pada April 2023.
Sebelum kekeringan terjadi, sebagian wilayah Indonesia sudah mengalami suhu panas dengan paparan sinar ulraviolet (UV) yang tinggi pada April 2023.
Potensi kekeringan yang diperkirakan melanda Indonesia paada pertengahan tahun ini dipicu oleh El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
Baca juga: Apa Itu El Nino dan IOD, 2 Fenomena Gangguan Iklim yang Terjadi Bersamaan pada Juni 2023?
Baca juga: Waspada El Nino, Berikut Wilayah Indonesia yang Sudah Alami Musim Kemarau 2023
Dilansir dari 优游国际.com, terjadinya suhu panas pada April 2023 dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya dinamika atmosfer yang tidak biasa.
Di sisi lain, meningkatnya suhu juga disebabkan oleh pengaruh gerak semu Matahari, pemanasan global, dan perubahan iklim.
Faktor lain yang berkontribusi pada terjadinya suhu panas adalah dominasi Monsun Australia saat Indonesia memasuki musim kemarau, tutupan awan, dan radiasi.
Dwikorita menjelaskan bahwa gerak semu Matahari yang menyebabkan suhu panas di Indonesia merupakan siklus yang terjadi setiap tahun.
"Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," katanya, Selasa (25/4/2023).
Baca juga: Apa Dampak El Nino di Indonesia dan Kapan Musim Kemarau 2023 Berlangsung?
Dwikorita mengatakan bahwa Indonesia perlu mewaspadai potensi terjadinya El Nino yang semakin pasti.
Terjadinya El Nino tidak sekadar mengurangi curah hujan namun juga dapat meningkatkan jumlah titik api.
Hal tersebut semakin meningkatkan kondisi kerawatanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Adapun, El Nino yang berpotensi menyebabkan Indonesia mengalami kekeringan adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
"Kombinasi dari fenomena El Niño dan IOD Positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode Musim Kemarau 2023," ujar Dwikorita kepada 优游国际.com, Rabu (7/6/2023).