KOMPAS.com - Sepanjang 2021 Indonesia mengalami berbagai dinamika dan tantangan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Diawali dengan lonjakan kasus pada Januari, dan diikuti lonjakan kedua pada Juli, berjalannya waktu pada Desember, kasus Covid-19 disebutkan cukup terkendali.
Patut disayangkan, akibat lonjakan itu tidak sedikit masyarakat harus kehilangan kerabat, keluarga hingga sanak saudaranya.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mengatakan, berlangsungnya pandemi pada 2021 menunjukkan ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi gelombang kedua yang didominasi varian Delta.
Baca juga: Omicron Masuk Indonesia, Vaksin Masih Ampuh?
Menurutnya, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19, sakit, dirawat di rumah sakit, dan meninggal dunia jumlahnya cukup banyak sehingga membuat surveilans testing, tracing, dan treatment (3T) kewalahan.
Terlebih, hal itu ditunjang masih rendahnya vaksinasi pada saat itu.
"Namun dari situ kita belajar banyak, 3T mulai diperbaiki, pembuatan lokasi isolasi terpusat diperbanyak, vaksinasi dipercepat, rumah sakit lapangan serta logistik untuk penanganan pasien juga perlahan membaik. Semua itu belajar dari gelombang kedua kemarin," ujar Bayu, kepada 优游国际.com, Sabtu (1/1/2022).
Selain itu, imbuh Bayu, pendekatan pemerintah dalam menghadapi Covid-19 saat ini juga membaik, misalnya dalam hal penjagaan pintu masuk.
"Di mana saat ini pemerintah tidak segan memberlakukan karantina 10-14 hari untuk menahan kasus impor," katanya.
Baca juga: Apa Itu Varian Omicron dan Apa Saja Gejalanya?
Namun demikian, menurut Bayu, tetap ada catatan mengenai lemahnya pengawasan dan evaluasi sistem karantina.
Hal itu dikarenakan terdapat beberapa kasus "kebocoran" karantina.
Dia berharap, ke depannya pemerintah dapat meningkatkan sistem pengawasan dan evaluasi sistem kekarantinaan.
"Kemudian juga ada denda yang sangat besar diberlakukan bagi mereka yang melanggar peraturan karantina," ujar Bayu.
Lebih lanjut, menurut Bayu, aplikasi PeduliLindungi juga semakin bagus penggunaannya, walaupun konsistensi dan kedisiplinan pengelola tempat publik dan masyarakat masih rendah terutama saat kasus menurun dan mobilitas meningkat.