BERDASAR hasil penelitian humorologi yang dilakukan secara cermat dan seksama oleh tim riset Perhimpunan Pencinta Humor dapat disimpulkan bahwa bahwa bangsa Indonesia termasuk di dalam kategori bangsa yang memiliki sense of humour sangat tinggi.
Pesaing berat orang Indonesia adalah orang Yahudi dan orang Polandia.
Menakjubkan bagaimana rakyat Indonesia senantiasa siap menghadapi berbagai permasalahan kehidupan dengan humor demi bertahan hidup secara survival of the fittest di tengah kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah.
Termasuk ketika rakyat Indonesioa terpaksa menghadapi masalah larangan mudik akibat angkara murka pagebluk Corona belum kunjung mereda.
Memang larangan mudik merupakan masalah cukup parah sebab tentu saja sangat menekan lahir-batin para warga yang sudah terbiasa mudik di masa Lebaran.
Demi melepaskan diri dari tekanan kejiwaan maka bermunculan berbagai lelucon tentang larangan mudik.
Misalnya sebuah lelucon yang dikoleksi kemudian disajikan Ketua Pusat Data Humor, Yehana di WAG (whatsapp group) Pencinta Humor sebagai berikut:
Seorang sopir bus Jakarta-Surabaya pulang-pergi nekat membawa rombongan mudik, meskipun sudah ada larangan mudik.
Namun, dalam perjalanan seluruh penumpang protes karena bus Jakarta-Surabaya alih-alih melaju ke arah Surabaya malah mengarah ke wilayah Merak.
"Tenang saja, Pak dan Bu! Insya Allah kita akan tiba di Surabaya," ucap sopir bus santai sambil terus melanjutkan perjalanan bus ke Merak.
Para penumpang pasrah menyerah parah maka berhenti protes akibat tampaknya Sang Sopir sangat yakin atas perbuatannya.
Begitu tiba di gerbang Pelabuhan Merak, benar saja bus dihentikan oleh petugas razia mudik. Sopir berusaha tetap tenang. Dengan galak petugas razia mudik menghardik.
"Dari mana mau ke mana, Pak?".
"Dari Surabaya mau ke Lampung, Pak," ucap sang sopir sesantai mungkin.
Petugas razia mudik makin garang.
"Mohon maaf, Pak. Mulai hari ini sudah berlaku pelarangan mudik."