KOMPAS.com - Selain pandemi Covid-19 yang saat ini menyebar di hampir semua negara, sebelumnya dunia juga pernah ada mengalami situasi pandemi penyakit lainnya, salah satunya adalah Pandemi Flu Spanyol.
Penyakit yang mewabah ke seluruh belahan dunia ini terjadi pada tahun 1918-1919, atau satu abad yang lalu.
Tak tanggung-tanggung, melansir data yang dimuat CDC, Flu Spanyol menjangkit hampir sepertiga penduduk Bumi ketika itu yang berjumlah 1,7 miliar jiwa.
Ya, kurang lebih 500 juta masyarakat global terjangkit penyakit ini. Dan tahukah berapa jumlah korban meninggal?
Setidaknya 50 juta kematian terjadi di seluruh dunia akibat virus H1N1 yang berasal dari burung itu.
Meski memakan banyak korban jiwa, namun tidak banyak yang mencatat atau tahu soal pandemi ini. Mengapa bisa terjadi?
Dikutip dari bukuYang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda (2009), berikut ini sejumlah alasan yang membuat Pandemi Flu Spanyol luput dari ingatan masyarakat dunia.
Baca juga: 18 Dokter Indonesia Meninggal Selama Pandemi Virus Corona, Berikut Daftarnya
Sejarawan Amerika Serikat Alfred W. Crosby menyebut Flu Spanyol tak banyak diingat, karena hiruk pikuk Perang Dunia I yang baru saja berakhir, bertepatan dengan wabah flu tersebut menyebar.
Banyaknya informasi seputar rampungnya perang panjang yang menyengsarakan itu lebih mendominasi ingatan masyarakat daripada Pandemi Flu Spanyol yang ketika itu terbilang sangat ganas.
Tidak banyak juga sastrawan atau sejarawan yang memasukkan Flu Spanyol dalam karyanya.
Masih menurut Crosby, banyak masyarakat AS lupa dengan adanya wabah ini dikarenakan Flu Spanyol ketika itu tidak membunuh satu pun tokoh penting.
Pandemi membunuh jutaan masyarakat dan tentara, namun tidak membunuh Presiden AS ketika itu, Woodrow Wilson.
Flu Spanyol membunuh putri dari Jenderal tinggi, namun tidak dengan Jenderal itu sendiri.
Tak hanya itu, flu juga merenggut nyawa anak-anak senator AS, namun sang Senator selamat, dan banyak lagi.
Tak adanya tokoh penting yang terbunuh membuat ingatan kolektif masyarakat tentang pandemi ini tidak begitu kuat.
Baca juga: Kisah Pasien Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Jalani Isolasi Mandiri di Rumah
Alasan ketiga disampaikan oleh penulis buku tentang pandemi, Gina Kolata, yakni adanya kemajuan pesat ilmu kesehatan dan juga masalah-masalah di dalamnya.
Hal itu mempercepat proses hilangnya ingatan manusia akan Pandemi Flu Spanyol. Manusia cenderung merasa lebih lega dan tak lagi khawatir ketika terdapat penemuan baru di bidang kesehatan.
Adanya jenis penyakit yang selalu bermunculan, setidaknya setahun sekali, juga membuat manusia merasa masalah kesehatan akan tetap ada dan terus menerus menyita perhatian.
Oleh karena itu, masalah lama pun dengan mudah terlupakan, karena fokus selalu ada di depan.
Baca juga: Ketua KPAI Imbau Orangtua Lakukan 6 Hal Ini Selama Wabah Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.