Berdasarkan verifikasi 优游国际.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah pesan yang menyebutkan meminum air es saat cuaca panas akan menimbulkan pecahnya pembuluh darah mikro beredar di media sosial dan pesan percakapan.
Adapun pesan tersebut banyak tersebar di media sosial dan aplikasi WhatsApp pada Rabu (23/10/2019).
Penyebaran pesan tersebut bersamaan dengan kondisi cuaca panas di sejumlah wilayah Indonesia sejak pekan lalu.
Atas beredarnya pesan itu, salah satu dokter spesialis penyakit dalam, Dr Ari Fahrial Syam, mengonfirmasi bahwa informasi dalam pesan itu tidak benar.
Berdasarkan penelusuran 优游国际.com, pesan tersebut menyebutkan bahwa tidak hanya Indonesia yang merasakan suhu panas, melainkan Malaysia, dan beberapa negara lain juga turut mengalami gelombang panas.
Dijelaskan pula mengenai akibat yang dapat terjadi jika saat cuaca panas kita langsung meminum minuman es, yakni pecahnya pembuluh darah mikro.
Berikut bunyi pesan yang beredar tersebut:
"Indonesia, Malaysia dan bbrp negara lain. Saat ini sedang mengalami gelombang panas.
Apa tips yang harus dilakukan dan dihindari simak ya.
Harap perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Seorang teman dokter datang ke saya mengatakan, cuaca sangat panas. Di siang hari, bisa mencapai 40C.
Katanya:
Pada 40 derajat, jangan Anda langsung minum air es! Pembuluh darah mikro bisa meledak. Seorang temannya, dari terkena terik matahari masuk ke rumah, mencuci kaki dengan air dingin. Pandangan mata jadi kabur, dia pun pingsan.
2. Suhu di beberapa tempat telah mencapai 38C atau lebih.
Dalam kondisi ini, jaga suhu tubuh agar lebih tinggi.
Bahaya ini tak ahnya dari minum air es/dingin. Bahaya ini dapat terjadi bahkan sekadar mencuci tangan/muka/kaki.
Anda tidak boleh menyiram/menyeka bagian tubuh yang panas terkena sengatan terik, dengan air dingin.
Anda membutuhkan sekitar 30 menit untuk membuat tubuh menjadi dingin sesuai suhu dalam ruangan.
Minumlah air hangat suam, 34-36 Celsius.
3. Seorang dokter di rumah sakit, memeriksa seorang pria yang sangat sehat. Tiga tahun kemudian, dokter tersebut bertemu pria itu lagi dalam kondisi stroke.
Pria itu pun bercerita: