Meskipun mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat untuk tubuh, namun beberapa orang dengan kondisi tertentu tidak dianjurkan minum teh.
Beberapa penelitian menunjukkan, minum teh dapat memberikan efek samping pada tubuh, terutama jika dikonsumsi secara berlebih.
Lantas, siapa saja yang tidak dianjurkan minum teh?
Kelompok yang tidak dianjurkan minum teh
Berikut beberapa kondisi yang harus membatasi asupan teh atau bahkan tidak dianjurkan minum teh sama sekali:
1. Penderita anemia
Orang yang menderita anemia atau kurang darah tidak dianjurkan minum teh. Ini karena teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat zat besi pada makanan, dikutip dari Healthline.
Akibatnya, tubuh tidak dapat menyerap zat besi dengan baik dan menyebabkan tubuh kekurangan zat besi. Padahal, zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah merah.
Selain itu, teh juga dapat menghambat penyerapan zat gizi lain, seperti folat dan vitamin B12, yang juga berperan penting dalam penyusun sel darah merah.
Jika tubuh memiliki kadar zat besi yang rendah, maka minum teh dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama untuk mereka yang menderita anemia.
2. Orang yang stres dan panik
Beberapa jenis teh secara alami mengandung kafein, seperti teh hitam dan teh hijau. Di mana, mengonsumsi kafein secara berlebihan dapat menyebabkan perasaan cemas, stres, dan gelisah.
Secangkir teh berukuran 240 mililiter (ml) rata-rata mengandung sekitar 11-61 miligram (mg) kafein, tergantung pada jenis dan metode penyeduhannya.
Penelitian menunjukkan, dosis kafein di bawah 200 mg per hari tidak mungkin menyebabkan kecemasan yang signifikan pada kebanyakan orang. Namun, beberapa orang lebih sensitif terhadap efek kafein mungkin perlu membatasi asupannya.
3. Penderita insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan seseorang sulit atau tidak bisa tidur nyenyak. Mereka yang mengalami kondisi ini tidak dianjurkan minum teh, terutama di sore menjelang malam hari.
Pasalnya, beberapa teh secara alami mengandung kafein yang dapat mengganggu siklus tidur.
Beberapa penelitian menunjukkan, kafein dapat menghambat produksi melatonin yang mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Adapun, melatonin adalah hormon yang memberi sinyal pada otak untuk tidur.
Setiap orang memetabolisme kafein dengan kecepatan yang berbeda, dan sulit untuk memprediksi dengan tepat bagaimana kafein memengaruhi pola tidur setiap orang.
Beberapa penelitian menemukan, bahkan hanya 200 mg kafein yang dikonsumsi 6 jam atau lebih sebelum tidur dapat berdampak negatif pada kualitas tidur.
Beberapa penelitian menunjukkan, kafein dapat mengendurkan sfingter yang memisahkan kerongkongan dari lambung, sehingga isi lambung yang bersifat asam lebih mudah mengalir ke kerongkongan.
Tak hanya itu, kafein juga dapat berkontribusi pada peningkatan produksi asam lambung yang memicu beberapa gejala seperti mual, muntah, dan sensasi terbakar di ulu hati.
5. Ibu hamil
Paparan kafein yang tinggi dari minuman seperti teh dan kopi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti keguguran dan berat badan bayi lahir rendah.
Data mengenai bahaya kafein selama kehamilan masih simpang siur dan masih belum jelas berapa banyak jumlah yang aman.
Namun, sebagian besar penelitian menunjukkan, risiko komplikasi tetap ada jika asupan kafein hariannya di bawah 200-300 mg.
Meskipun demikian, American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan untuk tidak melebihi angka 200 mg.
Beberapa orang lebih suka minum teh herbal bebas kafein sebagai pengganti teh biasa untuk menghindari paparan kafein selama kehamilan. Namun, tidak semua teh herbal aman dikonsumsi selama kehamilan.
6. Penderita sakit kepala
Meskipun kafein sesekali dapat membantu meringankan beberapa jenis sakit kepala, namun, bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih, maka akan menimbulkan efek sebaliknya.
Beberapa penelitian menunjukkan, sedikitnya 100 mg kafein per hari dapat berkontribusi pada kambuhnya sakit kepala setiap hari.
Jika mengalami sakit kepala berulang dan merasa sakit kepala tersebut mungkin terkait dengan asupan teh, cobalah mengurangi atau menghilangkan minuman ini untuk sementara waktu.
7. Ibu menyusui
Selain ibu hamil, ibu menyusui juga tidak dianjurkan minum teh, terutama teh hitam.
Minum teh hitam dalam jumlah sedang saat menyusui mungkin aman, namun minum lebih dari tiga cangkir setiap hari mungkin tidak aman.
Dikutip dari Web MD, kafein dalam teh hitam bisa masuk ke dalam air susu ibu (ASI). Hal ini dapat menyebabkan iritabilitas dan peningkatan buang air besar pada bayi yang sedang menyusui.
Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari teh untuk sementara waktu, atau berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan minum teh.
8. Anak-anak
Anak-anak tidak dianjurkan untuk minum teh terlalu sering. Pasalnya, kandungan dalam teh dapat menghambat penyerapan nutrisi dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), teh mengandung kafein, theobromine, dan teofilin, ketiganya adalah stimulan yang bisa membuat anak menjadi “hiperaktif”.
Selain itu, kafein dalam teh juga bersifat diuretik, yang membuat anak menjadi lebih sering ingin buang air kecil. Apabila anak-anak terlalu banyak minum teh dan tidak diimbangi dengan air putih, maka bisa memicu dehidrasi pada anak.
9. Orang yang mengalami sembelit
Dikutip dari 优游国际.com (18/9/2022), orang yang sedang mengalami sembelit atau susah buang air besar tidak dianjurkan minum teh.
Alasannya karena teh mengandung senyawa teofilin yang dapat menyebabkan dehidrasi yang berdampak pada usus.
Dehidrasi ini dapat membuat tinja menjadi keras dan mengurangi zat pelumas untuk melancarkan buang air besar.
Selain itu, teh juga mengandung kafein yang bersifat diuretik alias menyebabkan sering kencing. Adapun, saat intensitas buang air kecil meningkat, kalium yang penting untuk pergerakan usus dan melancarkan BAB jadi turut larut terbuang lewat urine.
/tren/read/2024/11/23/063000565/9-kelompok-yang-tidak-dianjurkan-minum-teh-siapa-saja-