KOMPAS.com – Kapal Selam KRI Nanggala-402 hilang kontak sejak Rabu (22/4/2021).
Kabar hilang kontaknya kapal selam tersebut dikonfirmasi oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
“Baru izin menyelam setelah diberi clearance, langsung hilang kontak,” ujar Hadi dikutip dari 优游国际.com Rabu (22/4/2021).
Ada 53 awak kapal di dalam kapal selam yang kini hilang kontak tersebut.
Kini sudah 3 hari kapal tersebut hilang kontak, sementara cadangan oksigen di KRI Nanggala-402 hanya bisa bertahan selama 72 jam dalam kondisi black out.
Perjalanan kapal selam KRI Nanggala-402
Melansir Harian 优游国际, 12 Juli 1981, kapal selam Nanggala-402 merupakan kapal selam buatan Jerman dengan bobot 1.200 ton.
Kapal tersebut diserahkan oleh Jerman pada 6 Juli 1981 bersama dengan Kapal Cakra.
Penyerahan tersebut dilakukan setelah kapal menempuh percobaan pelayaran dan penyelaman di Jerman Barat selama beberapa waktu.
Kapal dibawa dari Jerman menuju perairan Indonesia oleh Letkol Laut Armand Aksyah bersama 38 orang kru menuju tanah air sekitar awal Agustus 1981.
KRI Cakra dan KRI Nanggala ketika itu diharapkan mampu menggantikan kapal selam buatan Rusia yang saat itu sudah tua.
Sebelum kehadiran Nanggala, Indonesia memiliki 12 kapal selam buatan Rusia, yang ketika itu hanya tinggal satu yang masih bisa beroperasi yakni KRI Pasopati.
Kiprah KRI Nanggala-402
Kini, sudah 40 tahun kapal selam KRI Nanggala 402, dan juga kapal selam Cakra 401 ikut menjaga perairan Indonesia.
Melansir Harian 优游国际, 9 September 2009, pengamat militer F Djoko Poerwoko menjelaskan kapal selam bertugas dalam senyap yang jauh dari kegiatan publikasi.
Namun salah satu aktivitas kapal selam Nanggala-402 yang masih sempat tercatat adalah saat ia menjadi kapal selam yang diluncurkan saat sengketa Indonesia-Malaysia di Blok Ambalat.
Melansir 优游国际.id, tugas KRI Nanggala pada Mei 2005 adalah menjadi ujung tombak atau bersiap-siap, jika terjadi apa-apa maka KRI Nanggala akan maju.
Tugas tersebut sesuai dengan peran kapal selam yakni mengintai, menyusup, dan memburu sasaran strategis sesuai dengan keputusan politik pemerintah.
Ketika itu, KRI Nanggala-402 hanya menjadi kapal selam yang beroperasi sendirian karena KRI Cakra 401 tengah diperbaiki total di Korea Selatan.
Sebagai negeri maritim Indonesia membutuhkan keberadaan kapal selam.
Masih dari Harian 优游国际, Minggu (3/9/2017) Laksama Ade Supandi Kepala Staf TNI AL saat itu menjelaskan, tujuan Indonesia membeli kapal selam adalah untuk meningkatkan efek gentar dan kemampuan perang bawah permukaan.
Dalam pemberitaan tersebut dijelaskan jika merujuk rencana strategis, Indonesia setidaknya harus membuat dan atau membeli kapal selam hingga tahun 2024.
Dibandingkan dengan luasnya laut Indonesia, jumlah 12 kapal selam adalah jumlah layak minimal Indonesia.
Korps Hiu Kencana
Mereka yang tergabung dalam tim yang mengoperasikan kapal selam Indonesia di jajaran TNI Angkatan Laut disebut dengan Korps Hiu Kencana.
Mengutip Harian 优游国际, 29 Desember 2011, untuk menjadi ‘hiu’ butuh karakteristik khusus dan yang pertama adalah mental.
Hal ini karena mereka harus menyelam berhari-hari dalam ruang tertutup berukuran kecil padahal tugas harus berhasil dengan risiko yang menyertainya.
“Orang suka mengira, kapal selam itu ada jendelanya bulat-bulat jadi kita bisa lihat ikan-ikan, padahal semua tertutup,” ujar Perwira Pelaksana KRI Ckara 401 Kapten Yulius Zaenal.
Tak banyak orang yang hidup di dalam air karena selain harus tahan kejenuhan dan ruang tertutup, kru juga harus tenang menghadapi tekanan.
Karena itulah anggota Hiu Kencana disebut dengan pasukan khusus.
Prajurit yang bisa menjadi 'hiu' harus berdinas di TNI AL selama setidaknya dua tahun.
Ia kemudian akan menjalani tes.
Mereka yang lulus serangkaian tes kemampuan, psikologi, dan fisik kemudian menempuh pendidikan selama tiga bulan di sekolah kapal selam di Kodikal, tiga bulan sesuai jurusan, seperti navigasi atau sonar, kemudian tiga bulan ketiga mulai ikut berlayar.
Setelah menjadi kru kapal selam, secara rutin enam bulan sekali dipantau keadaan fisik dan psikisnya.
/tren/read/2021/04/24/131500065/kiprah-kapal-selam-kri-nanggala-402-yang-hilang-kontak