KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 di India makin hari makin terus memburuk dan menjadi gelombang kedua yang tinggi.
Hal itu bisa dilihat dari grafik kasus positif yang terus mengalami lonjakan melebihi gelombang pertama.
Mengacu data Worldometer (19/4/2021), negara ini ada di posisi kedua sebagai negara dengan kasus terbanyak mencapai angka 15.061.919.
Kasus harian infeksi Covid-19 di India dalam beberapa hari terakhir selalu ada di atas 260.000 mendekati 300.000 kasus.
Angka kematian melonjak
Mengutip The Telegraph (16/4/2021) sistem kesehatan di India kini hampir ambruk.
Setiap harinya, kematian akibat Covid-19 terjadi di rumah sakit-rumah sakit, dan angkanya mencapai lebih dari 1.000 kematian.
Di Kota Raipur mayat-mayat diletakkan berjejer di luar rumah sakit, pihak rumah sakit maupun keamanan tidak bisa membawa mereka ke lokasi pemakaman dengan cepat, karena sangat terbatasnya fasilitas dan petugas.
Sementara itu, di Gujarat krematorium terus menyala, menandakan betapa antrean mayat untuk dikremasi tidak pernah berhenti.
Saking banyaknya, tungku krematorium disebut meleleh, karena tak henti-hentinya digunakan.
Petugas kesehatan kelelahan
Sementara itu, para petugas kesehatan di rumah sakit sudah begitu kelelahan dan sering mengusir ratusan pasien kritis setiap harinya, akibat penuhnya kamar-kamar perawatan yang tersedia.
Bukan hanya penuh karena terisi sesuai kapasitasnya, dikabarkan media lokal ada sejumlah pasien yang terpaksa berbagi ranjang tempat tidurnya dengan pasien lain. Ada juga yang terbaring di lantai rumah sakit selama berjam-jam menunggu adanya kasur yang kosong.
“Tahun lalu kami belum melihat situasi yang begitu buruk. Kali ini jumlahnya sangat tinggi dan meningkat sangat pesat dan cepat, jadi situasinya benar-benar memprihatinkan,” kata direktur medis sebuah rumah sakit di New Delhi, Suresh Kumar.
Di hari itu, ia menyebut pihaknya menerima 158 pasien dalam kondisi parah.
Gelombang kedua dan mutasi virus
Gelombang kedua di India ini diyakini akibat masuknya mutasi virus baru dari luar negeri dan menyebar di India yang memiliki karakteristik lebih mudah menular.
Direktur Medis Dharamveer Solanki Hospital, Dr Pankaj Solanki bahkan menyebut kini banyak orang yang ketika di tes hasilnya negatif terinfeksi virus, namun secara klinis mereka positif Covid-19.
"Kondisi orang memburuk lebih cepat, kami melihat lebih banyak pasien mengalami badai sitokin dan banyak pasien yang berusia lebih muda. Gejala mereka jauh lebih sulit untuk ditangani saat ini," ungkap dia.
Pemerintah berlakukan jam malam
Di tengah situasi ini, Pemerintah India pun belum bisa mengambil sikap untuk kembali menerapkan kuncian wilayah secara ketat atau lockdown seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
Lockdown ketat selama 2 bulan telah berimbas pada meningkatnya angka kemiskinan di begara tersebut.
Akhirnya demi bisa menyelamatkan sistem kesehatan yang sudah begitu koyak, pilihan yang bisa diambil adalah pemberlakuan pembatasan jam malam secara ketat dan pembatasan perkumpulan.
Upaya percepatan dan perluasan vaksinasi juga masih sulit untuk dilakukan, karena India kekurangan dosis vaksin.
Larangan penerbangan
Melansir Hindustan Times (18/4/2021), kini Hong Kong telah menempatkan India sebagai salah satu negara yang memiliki risiko sangat tinggi.
Hal itu berbuntut pada pelarangan penerbangan dari India selama 14 hari terhitung sejak Selasa (20/4/2021).
Parahnya gelombang kedua infeksi Covid-19 di India juga membuat sejumlah rumah sakit di daerah yang terdampak parah, mengalami keterbatasan stok oksigen.
Untuk itu, perusahaan kereta api India akan meluncurkan "Oxygen Express" guna mengangkut sejumlah besar Liquid Medical Oxygen (LMO) dalam tanker kriogenik dan tabung ke daerah yang membutuhkan.
Semua ini dilakukan agar pasokan oksigen dipastikan dapat cepat tersedia di negara-negara bagian yang dilanda infeksi dengan parah.
/tren/read/2021/04/19/164500965/gelombang-kedua-corona-di-india--rumah-sakit-dan-krematorium-kewalahan