KOMPAS.com - Kabar duka menyelimuti umat Katolik sedunia setelah Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025) waktu Vatikan, setelah menjalani masa sakit yang cukup panjang.
Dengan kepergian Paus Fransiskus, Gereja Katolik kini berada di titik transisi penting. Dewan Kardinal dipanggil untuk berkumpul di Kota Vatikan dan memulai proses pemilihan pemimpin baru melalui konklaf yang digelar secara khidmat dan tertutup di Kapel Sistina.
Proses pemilihan paus, yang disebut konklaf, akan melibatkan kardinal-kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara.
Baca juga:
Mereka akan melakukan pemungutan suara secara berulang hingga satu nama memperoleh dukungan dua per tiga dari total suara.
Setiap tahapan konklaf dilakukan dalam suasana penuh doa dan kerahasiaan tinggi, sebagaimana tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Pemilihan kali ini memiliki makna yang sangat besar karena dapat menjadi momentum pergeseran poros kepemimpinan Gereja Katolik dari Eropa ke wilayah Global South terutama Asia dan Afrika.
Baca juga:
Beberapa nama telah mencuat ke permukaan sebagai kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia, mewakili semangat keberagaman yang selama ini diusung oleh Gereja Katolik.
Peter Turkson (Ghana)
Kardinal Peter Turkson dikenal luas sebagai tokoh gereja dari Afrika yang berpengaruh dan dihormati. Pria berusia 76 tahun ini diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2003.
Selama masa Paus Fransiskus, ia menjabat sebagai kepala Dewan Pontifikal untuk Keadilan dan Perdamaian dan menjadi figur penting dalam berbagai isu global, mulai dari perubahan iklim hingga keadilan ekonomi.
"Ia merupakan sosok kuat yang membela perdamaian dan kemanusiaan," demikian pengakuan banyak tokoh gereja tentang Turkson dikutip dari Antara, Selasa (22/4/2025).
Jika terpilih, Turkson akan mencatat sejarah sebagai paus berkulit hitam pertama.
Baca juga:
Luis Antonio Tagle (Filipina)
Dari Asia, nama Kardinal Luis Antonio Tagle menjadi sorotan. Dikenal sebagai "Fransiskus dari Asia", ia adalah mantan Uskup Agung Manila dan kini menjabat sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Tagle memiliki reputasi sebagai tokoh yang inklusif dan progresif.
"Tagle adalah wajah gereja yang penuh kasih terhadap kaum miskin dan terpinggirkan," kata seorang analis gereja Asia.