KOMPAS.com - Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad, yang terpilih menjadi Khulafaur Rasyidin kedua.
Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yakni dari tahun 634 hingga 644.
Salah satu pencapaian Umar bin Khattab semasa memerintah adalah berhasil membebaskan Baitul Maqdis di Yerusalem dari tangan Romawi.
Kepemimpinannya berakhir saat Umar bin Khattab wafat pada tanggal 26 Dzulhijjah 23 H (3 November 644), setelah menjadi korban penusukan.
Berikut ini biografi Khalifah Umar bin Khattab.
Baca juga: Prestasi Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Khattab lahir pada tahun 582/583, di Mekkah, Arab Saudi. Ia merupakan keturunan Bani 'Adi, salah satu klan dalam Suku Quraisy.
Pada masa jahiliyah, Umar termasuk salah seorang yang berpegang teguh pada agama nenek moyangnya dan menyembah berhala.
Umar kecil sudah memiliki sikap yang mandiri dan berani. Di usia belia, ia bahkan diberi tanggung jawab oleh ayahnya, Khattab bin Nufal, untuk memelihara domba dan unta.
Ia juga mendapat didikan yang sangat keras dari sang ayah, yang tidak segan memukulnya apabila melakukan kesalahan kecil.
Didikan keras sang ayah dan budaya Quraisy saat itu menjadikan Umar tumbuh sebagai orang yang tangguh, pemberani, pandai berkelahi, mahir memainkan pedang, memanah, dan tangkas menunggang kuda.
Watak dan sifat Umar bin Khattab itulah yang membuatnya dijuluki Singa Padang Pasir.
Di samping itu, Umar bin Khattab terkenal karena cerdas, pandai membaca dan menulis, sesuatu yang sangat langka di kalangan masyarakat Quraisy saat itu.
Berkat kecerdasannya, Umar kerap dipercaya menjadi penengah bagi para kabilah yang berselisih.
Baca juga: Umar bin Khattab, Sahabat yang Pernah Berniat Membunuh Rasulullah
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab termasuk salah seorang yang paling menentang dakwah Islam Nabi Muhammad.
Bahkan Umar tidak segan menyiksa orang-orang yang ketahuan masuk Islam dan sempat ingin membunuh Nabi Muhammad.
Di perjalanan menemui Nabi Muhammad, Umar berpapasan dengan orang dari kalangan Bani Zuhrah, yakni Nu'aim bin Abdullah, yang menanyakan tujuannya.
Ketika mendengar jawaban Umar, Nu'aim bin Abdullah mengaku khawatir bahwa pembunuhan Rasulullah dapat berdampak buruk baginya dan membawa kecaman dari kalangan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah.
Nu'aim bin Abdullah juga memberitahu Umar, bahwa adiknya, Fatimah, telah memeluk Islam.